[caption id="attachment_169650" align="alignnone" width="300" caption="http://anakanakphotography.blogspot.com/2006/08/anak-desa.html"][/caption]
Namaku Kuntum
Kuntum adalah gadis kecil kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di desanya. Memiliki dua saudara, kakaknya yang di panggil mas otoy dan astuti adik perempuanya yang ber umur 1 tahun. Kuntum tinggal bersama bapake dan mamake di desa singasari sebuah pedesaan di kecamatan karanglewas banyumas. Seperti kebanyakan masyarakat desa lainya, orang tua kuntum juga seorang petani, lebih tepatnya petani buruh karena tidak memiliki sawah sendiri. Selain sebagai petani bapake juga seorang pedagang buah musiman. jika masa sedang Berjaya, bapake bisa kirim buah (biasanya Duku) sampai pasar Gede, Solo. Mamake hanya seorang ibu rumah tangga yang selalu sibuk mengurusi ke tiga anaknya yang bandel dan aneh kelakuanya. Banyak cerita, banyak rasa dari anak ndesa yang bermimpi menjadi dosen psikologi.
Cerita 1
Dunia Pesawahan
Suatu pagi pada hari rabu sebelum berangkat, kuntum sibuk bantu mamake di dapur menyiapkan sarapan pagi. Jangan di bayangkan sarapan pagi yang istimewa, mereka hanya keluarga sederhanadengan penghasilan yang pas. sarapan favorit keluarga kuntum yaitu telur dadar di campur irisan cabe dan bawang merah dan secangkir teh hangat. Tidak tiap hari mereka sarapan telur dadar hanya beberapa kali dalam seminggu untuk memenuhi nutrisi. Kabanyakan setiap paginya keluarga kuntum sarapan dengan “mendoan anget” menu khas banyumas berupa tempe tipis yang di goreng dengan tepung sebelum matang diangkat, jadilah mendoan. Mendoan buatan mamake kuntum sangat khas dan enak. Memang mamake kuntum terkenal pintar memasak sehingga biasa jadi juru masak apabila ada slametan, pengajian atau syukuran di salah satu keluarganya atau pula tetangganya.
Selesai sarapan, kuntum pamitan sama mamake brangkat sekolah dengan logat ngapak nya yang kental “mamake, inyong mangkat disit yah” kemudian dibalas oleh mamake “iya, nganah sing ati-ati aja dlaperan neng sekolahan”. Artinya “Mah, aku brangkat dulu yah? Iya, hati-hati jangan berbuat yang sembarangan disekolah.”
kuntum setelah mendapat restu dari mamake, langsung meluncur berjalan kaki menuju sekolahan. Biasanya kuntum menghabiskan waktu berjalan sekitar 30 menit. Waktu itu belum banyak yang punya sepeda kebanyakan anak-anak berangkat ke sekolah berjalan kaki. Setiap pagi ada pemandangan merah putih meramaikan jalan-jalan di desa singasari.
Guru kelas kuntum namanya pak Amir, orangnya cukup galak dan kuntum sangat takut sama pak amir. Nilai-nilai kuntum kebanyakan jelek. Jangan salahkan kuntum sebenarnya dia anak yang pintar tapi karena para guru disekolahannya kebanyakan kurang bahkan tidak memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri mereka jadinya kuntum merasa malas bejar bahkan tidak suka belajar.
Pulang sekolah pukul 13.00 sampai di rumah pukul 13.30 kuntum beres-beres rumah terlebih dahulu baru makan siang. Selesai makan siang califa bersiap-siap ke sawah menunggui padi biar tidak di makan burung. Musim panen jadi banyak migrasi burung yang suka makan padi-padi milik para petani. Kuntum memang menunggui sawah garapan babake sendirian tapi dia tidak sendirian karena banyak juga yang menunggui sawah di kanan-kiri kuntum.
Suara klontengan kaleng-kaleng yang di pasang di beberapa sudut sawah menjadi suara yang nyaring. Semua kaleng-kaleng yang berisi batu kerilil di satukan dalam tali dan di sanggah atau di ikatkan oleh sebilah bambu yang semua saluran pertalian menyalur pada satu rangkaian bambu utama, jadi apa bila ingin membunyikan tinggal di tarik atau di gerak-gerakan saluran bambu utama. Hasilnya, semua kaleng yang di satukan oleh tali berbunyi dengan nyaring menggema mengusir para burung-burung.
Pekerjaan mengusir burung menjadi hal wajib yang di lakukan kuntum untuk menjaga padi-padi garapan bapake menjadi utuh dan tidak kurang. Apabila kurang bisa gawat, hal itu terkait pembagian pengelolaan sawah dengan pemilik sawah karena bapake kuntum cuma nunut manam padi dan hasilnya harus di bagi dua sama pemilik sawah. Pembagian pastinya kuntum tidak tau dan tidak urusan. Urusan kuntum hanya menjaga padi-padi tiap hari dan dapat tambahan uang jajan apabila musim panen tiba. Apabila hasil panen merosot maka merosot pula uang jajan kuntum.
Tiba-tiba sekelompok burung pemakan padi datang mendekati padi miliknya, sontak kuntum langsung membunyikan kaleng-kaleng “klonteng..klonteng..klonteng…” di iringi dengan suara teriakan keras califa “saaaaa…. Yuuuuuuhh… sayuh… sayuh…” “yoyooiii.. lunga-lungaaaaaa… nganah… manuk-manuk… ora usah mangani pari neng sawahe inyongg… lunga bae maring sawah liyan e…” artinya “hussss… pergi.. persi sana para burung. Gak usah makan padi di sawah ku pergi saja ke sawahyang lainya.” He..he..he.. kuntum malah nyuruh burung-burung makan di sawah orang lain yang penting bukan sawah garapane bapake. Dasaar kuntumm…
Sawah kuntum sekat dengan sungai yang sedang dan lumayan deras airnya, sedikit batu besarnya, hal itu sangat memudahkan kuntum apa bila mau buang air tinggal ke sungai. Buang air dan mandi di sungai adalah kebiasaan warga desa, termasuk kuntum sangat senang melakukanya di sungai sambil teriak nyanyi. Menyanyi apa saja, yang bisa membuatnya legaa.
Jika para rombongan burung jarang datang mengganggu, kuntum yang sendirian itu menghayal atau berpikir yang macam-macam. Misalnya, dia berhayal menjadi anaknya orang kaya, memiliki kamar sendiri, rumahnya bagus lengkap dengan berbagai perlengkapan sehingga dia tidak harus keluar-keluar dari rumah. Baik untuk mandi, nonton TV, mengambil air dan sebagainya. Atau kuntum menghayal dia menjadi anak yang pintar dan berprestasi di sekolah menjadi seorang yang penting. Maklum saja kuntum menghayal yang demikian karena apa bila tidak nunggu sawah dia harus membantu ngambil air di sumber air yang lumayan jauh dan melelahkan. Kuntum juga tidak punya kamar sendiri, kamar di rumahnya hanya dua. Yang satu di pakai mas otoy, jadinya kuntum, bapake, mamake dan si dawen tidur bersama-sama. Karena gak muat buat empat orang, kuntum tidur di bawah kaki bapake dan mamake. Hal itu dilakukan sampai kuntum kelas dua SMP. Sampai kuntum bisa punya kamar sendiri karena Kamarnya mas otoy tidak terpakai, jadi di pakai kuntum. Waktu itu Mas otoy pergi kerja ke Jakarta membantu ekonomi keluarga. walaupun Mas otoy hanya lulusan SMP, namun dia bisa bekerja pada bidang yang dia minati semasa kecilnya. Pekerjaan yang menjadi passion mas otoy tersebut adalah menjadi supir truk yang baik hati dan tidak sombong.
Selama menuggui padi, kuntum di temani sebilah tongkat buat senjata, jika sewaktu-waktu ada ular atau hewan melata lainya plus makanan kecil atau gula merah karena gak bisa beli permen, gule merah pun enak sebagai penganti permen. makanan yang di bawa kuntum dari rumah tergantung pada kemurahan hati mamake. Kalo mamake lagi gak pemurah kuntum bisa gak bawa makanan sama sekali. Makanya kuntum berusaha menjadi anak yang baik di mata mamake.
Pulang dari sawah jam 17.00 sore. kuntum langsung mandi siap-siap buat mengaji di mushola sampai sholat ishya. Selesai sholat kuntum bantuin mamake buat bakmie sebagai menu makan malam. Makmie ini juga salah satu menu favorit keluarga kuntum. Habis makan malam kuntum main-main petak umpet atau nonton TV di rumah tetangga sama Isti dan Arif teman bermain kuntum. Kuntum tidur jam 22.00 malam.
Cerita 2
Pak Guru
Bagun jam 05.00 di samperin teman-teman kuntum untuk hunting Melinjo yang berjatuhan di Gumuk, gumuk itu semacam kebun di tengah-tengah sawah. Lumayan jika biji-biji melinjo di kumpulkan selama satu minggu bisa di jual di pasar hasilnya bisa buat tambahan jajan. Pukul 06.00 kuntum mandi kemudian sarapan, terus berangkat sekolah pukul 06.30 setangah tujuh
Hari itu kuntum belajar Al-Quran Hadis, semua siswa di haruskan membawa Alquran dari rumah masing-masing karena sekolahan tidak menyediakan stok AlQuran. Dengan sigak Pak Amir akan memarahi anak-anak yang lupa tidak membawa AlQuran dengan alasan apaun entah itu sengaja lupa atau lupa beneran. Untunglah kuntum tidak kelupaan membawanya jadi dia selamat dari hukum bersih-bersih kelas selama 3 hari.
Tema belajar kali ini adalah kandungan ayat kursi, setelah Pak Amir menjelaskan nglor-ngidul tentang kandungan makna ayat kursi tersebut mereka di minta untuk menghafalkan ayat kursi dan pertemuan minggu depat mereka sudah harus bisa menghafalnya. Teman dekat kuntum di sekolah namanya Sanah dan si Mul, mereka berangkat bersama dan sering mengerjakan tugas secara bersama-mana. Pembagian belajar kelompok di sekolah kuntum bersadarkan pada wilayah RT atau kedekatan tempat tinggal. Kebetulan juga kuntum satu RT sama sanah dan si Mul.
Bersambung….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H