Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu daerah dengan keanekaragaman alam dan budaya yang luar biasa. Salah satu aset alam yang unik di Banyuwangi adalah kawasan mangrove di Blimbingsari, yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata berbasis alam dan ekonomi kreatif. Wisata mangrove tidak hanya menawarkan keindahan ekosistem, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Dalam konteks pembangunan pariwisata sense of place menjadi kunci yang mengacu pada hubungan emosional dan identitas unik yang dimiliki suatu lokasi, mencakup nilai ekologis, budaya, dan sejarahnya yang dapat dikembangkan di wisata mangrove Blimbingsari untuk menciptakan destinasi wisata yang berkesan, mendukung ekonomi kreatif, dan melestarikan lingkungan.
Mangrove Blimbingsari Sebuah Destinasi dengan Potensi Unik
Mangrove di kawasan Blimbingsari memiliki ekosistem yang kaya dengan berbagai jenis flora dan fauna, seperti bakau, ikan, burung, dan hewan laut lainnya. Mangrove ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi tetapi juga. Selain itu, letaknya yang strategis di Banyuwangi membuatnya mudah diakses oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Potensi kawasan ini tidak hanya terletak pada keindahan alamnya tetapi juga pada masyarakat setempat. Penduduk lokal di Blimbingsari, banyak di antaranya adalah petani dan nelayan, memiliki pengetahuan tentang ekosistem mangrove. Dengan kekayaan alam dan budaya ini bisa diintegrasikan ke dalam pengembangan wisata yang di sana.
Sense of Place sebagai Pengembangan Wisata Mangrove
Konsep sense of place melibatkan penduduk di suatu tempat. Di wisata mangrove Blimbingsari, sense of place dapat diciptakan melalui tiga cara yaitu: keunikan ekosistem mangrove, keterkaitan dengan budaya lokal, dan pengalaman  yang diberikan kepada wisatawan.
- Keunikan Ekosistem: Mangrove Blimbingsari menjadi daya tarik karena keindahan alamnya yang khas. Keberagaman vegetasi dan satwa liar memberikan pengalaman yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
- Budaya Lokal: Penduduk lokal memiliki hubungan emosional yang mendalam dengan mangrove sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Cerita rakyat, tradisi lokal, dan kearifan masyarakat Blimbingsari dapat memperkuat nilai budaya kawasan ini.
- Pengalaman Wisatawan: Menggabungkan edukasi, aktivitas kreatif, dan relaksasi di kawasan mangrove memungkinkan wisatawan menciptakan kenangan berkesan, memperdalam keterikatan emosional mereka dengan lokasi tersebut.
Strategi Membangun Sense of Place Wisata Mangrove Wisata Edukasi: Mengenal dan Melestarikan Mangrove
Wisata edukasi menjadi salah satu cara utama untuk memperkenalkan pentingnya ekosistem mangrove. Di Blimbingsari, pengunjung dapat diajak untuk:
- Mengenali berbagai jenis mangrove dan manfaat ekologisnya.
- Belajar cara menanam mangrove untuk melestarikan lingkungan.
- Mengamati keanekaragaman hayati seperti burung migran, kepiting bakau, dan ikan kecil.
Tur edukasi ini bisa dipandu oleh penduduk lokal, memberikan pengalaman yang lebih autentik bagi wisatawan
Pengintegrasian Seni dan Budaya
Budaya lokal Blimbingsari dapat diangkat melalui berbagai kegiatan di kawasan wisata mangrove seperti:
- Pertunjukan seni tradisional Osing di tengah area mangrove.
- Pameran kerajinan tangan lokal, seperti anyaman atau karya seni yang terbuat dari bahan alami.
- Festival bertema lingkungan, yang menggabungkan edukasi mangrove dengan hiburan berbasis budaya.
Menghadirkan seni dan budaya di kawasan ini tidak hanya memperkuat identitas lokal tetapi juga memberikan nilai tambah bagi wisatawan.
Kuliner dan Produk Lokal
Mengembangkan produk kreatif berbasis mangrove dapat meningkatkan nilai ekonomi kawasan ini. Beberapa contoh inovasi meliputi:
- Olahan buah mangrove menjadi sirup, dodol, atau minuman khas Blimbingsari.
- Makanan laut segar yang dimasak dengan bumbu khas daerah.
- Camilan ringan berbahan dasar bahan alami dari ekosistem mangrove.
Kuliner khas ini tidak hanya menambah daya tarik wisata tetapi juga memperkuat sense of place melalui rasa dan cirikhas yang terhubung dengan lokasi.
Desain Berbasis Lingkungan
Pembangunan infrastruktur wisata di Blimbingsari harus memprioritaskan keberlanjutan dan harmoni dengan lingkungan. Jalur pejalan kaki berbahan kayu, menara pandang untuk menikmati pemandangan mangrove, dan fasilitas ramah lingkungan akan meningkatkan pengalaman wisata tanpa merusak ekosistem.
Wisata Mangrove sebagai Ekonomi Kreatif
Mengembangkan wisata mangrove di Blimbingsari bukan hanya soal menarik wisatawan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi kreatif bagi masyarakat lokal. Dengan melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pengelolaan, wisata ini dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan ya itu seperti :Â
- Pelatihan Pemandu Lokal: Melatih masyarakat menjadi pemandu wisata yang informatif.
- Kriya dan Souvenir: Membuat produk kriya seperti gantungan kunci, lukisan, atau miniatur mangrove untuk dijual sebagai oleh-oleh.
- Homestay dan Kafe Lokal: Menyediakan penginapan dan tempat makan berbasis komunitas.
Dengan ekonomi kreatif, kawasan ini dapat menciptakan lapangan kerja baru sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Promosi Digital untuk Memperkuat Sense of Place
Promosi melalui media digital sangat penting untuk memperluas jangkauan wisata mangrove Blimbingsari. Konten kreatif seperti video perjalanan, foto-foto keindahan alam, atau cerita masyarakat lokal dapat dipublikasikan melalui media sosial. Selain itu, kemitraan dengan platform pariwisata atau influencer dapat membantu menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Kesimpulan
Wisata mangrove di kawasan Blimbingsari memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi berbasis sense of place yang menggabungkan nilai alam, budaya, dan ekonomi kreatif. Dengan membangun pengalaman wisata yang edukatif dan autentik, kawasan ini dapat menciptakan hubungan emosional yang mendalam bagi wisatawan, memperkuat identitas lokal, dan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Strategi seperti pengembangan wisata edukasi, integrasi seni dan budaya, inovasi produk lokal, serta promosi digital dapat mendukung tujuan ini. Dengan pengelolaan yang tepat, wisata mangrove Blimbingsari dapat menjadi model pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan, budaya, dan ekonomi secara seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H