Mohon tunggu...
Kevin Costner
Kevin Costner Mohon Tunggu... -

Langit luas dan bumi bulat, still learning | Sharia Banking UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sinergisitas Ilmu dan Amal dalam Dakwah Ekonomi Islam

7 Januari 2014   16:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Agama yang paling mulia ini diturunkan ke muka bumi melalui seorang manusia yang paling mulia. Seorang lelaki yang diutus oleh Allah SWT menjadi seorang Nabi dan Rasul, menjadi pembawa kabar gembira bagi umat manusia, mulai dari Jazirah Arab sampai akhirnya kabar gembira tersebut menyelimuti seluruh daratan dimuka bumi ini. Terlahir sebagai anak yatimdari rahim seorang perempuan Arab, Siti Aminah. Tidak pernah bertemu sosok yang bernama Ayah seumur hidupnya. Sang ayah, Abdullah, yang telah berpulang ketika beliau sama sekali belum bertemu dengan kehidupan di dunia ini. Muhammad namanya.

Dilantik menjadi Rasul ketika beliau berusia 40 tahun. Gua Hira’  menjadi saksi bisunya. Malaikat Jibril adalah algojonya. Membawa perintah suci dari Allah untuk si manusia mulia. Iqra’. Itu perintah-Nya. Bacalah! Tonggak permulaan dari agama yang paling mulia, Islam. Sebuah beban berat yang dipikulkan kepada manusia terpilih. Membawakan sebuah kabar gembira untuk umat manusia di seluruh dunia. Kabar gembira tentang sebuah agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam. Menyerukan kebenaran akan Tuhan yang sebenarnya, Allah SWT. Sejak saat itu, secara bertahap dan berproses, dengan segala halangan, rintangan dan cobaan, Islam diserukan. Nabi Muhammad SAW yang awalnya sembunyi-sembunyi, kemudian berani secara terang-terangan setelah adanya wahyu dari Allah SWT, menunaikan kewajibannya, berdakwah.

Islam tidak akan pernah menyebar ke seluruh dunia tanpa adanya dakwah. Dengan dakwah, islam bisa dikenal. Dengan dakwah, islam menyebar. Dengan dakwah, firman-firman Allah SWT tidak hanya untuk Rasul seorang, tapi untuk sekalian umat. Dakwah, adalah sebuah alat tercanggih yang berperan penting dalam berkembang dan maju pesatnya agama islam.

Dakwah tak lekang oleh zaman. Sampai zaman sekarang, dakwah masih tetap mempertahankan eksistensinya. Meskipun sudah didakwahkan berabad-abad, islam tetap harus selalu didakwahkan. Karena manusia adalah makhluk. Mereka fana. Manusia akan mati. Dan kemudian lahir lagi manusia-manusia baru. Regenarasi. Maha Besar Allah akan hal-hal itu. Tapi islam tidak akan pernah fana. Islam akan tetap kekal sampai akhir zaman. Dakwahlah yang menjaga kekekalan tersebut. Maha Besar Allah yang menjaga Islam dengan senjata canggih yang bernama dakwah.

Nabi Muhammad SAW adalah pelopor dakwah. Sepeninggal beliau akan ke-makhlukan-nya, dakwah tetap berlanjut. Tidak sedikit orang-orang islam yang berdakwah dari waktu ke waktu. Para pendakwah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Menyerukan keesaan Allah dan kebenaran agama islam. Berabad-abad, meski banyak tragedi dan peperangan yang melibatkan agama islam, dakwah tetap tak pernah pudar. Subbahanallah.

Banyak cara yang ditempuh oleh para pendakwah untuk mensyiarkan agama islam. Tergantung latar belakang, budaya dan karakter si pendakwah. Misalnya saja, ketika islam masuk pertama kali ke Indonesia yang dibawa oleh para pedagang dari jazirah arab dan Persia. Mereka berdagang sambil berdakwah. Melakukan transaksi ekonomi sekaligus membawa kabar gembira tentang Allah, Rasul, Al-Quran dan Islam. Terbukti, cara itu berhasil membawa pengaruh terhadap masyarakat pribumi ketika itu. Kerajaan-kerajaan islam mulai bernunculan, mengalahkan dominasi kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang berkuasa sebelumnya.

Begitu juga ketika islam dalam masa perkembangannya di Indonesia. Berbagai cara ditempuh oleh para pendakwah demi mendakwahkan agama islam agar dapat diterima oleh masyarakat kala itu. Misalnya, Sunan Kalijaga yang berdakwah dengan wayang di Pulau Jawa.

Namun, pada dasarnya yang menjadi kunci utama dalam dakwah bukanlah pada cara yang ditempuh, melainkan kualitas si pendakwah. Bagaimana si pendakwah menguasai apa yang akan ia dakwahkan. Bagaimana ia harus tahu dan paham betul tentang materi-materi dakwah yang akan didakwahkan. Yang sebagaimana hal-hal tersebut dapat dikatakan atau dikaitan dengan istilah “ilmu”. Ilmu yang dikuasai oleh pendakwah.

Sungguh sangat ironis apabila seseorang berdakwah, tetapi dia sama sekali tidak menguasai apa yang dia dakwahkan. Artinya dia tak punya ilmunya. Memang, untuk berdakwah tidak harus terlebih dahulu menjadi ustadz/kiyai/ulama, sesuai dengan hadist “Sampaikanlah walau satu ayat”, tetapi walaupun satu ayat, si pendakwah tetap harus menguasai ilmu yang terkandung dalam satu ayat tersebut. Ia harus paham betul tentang apa yang dia sampaikan. Tidak asal-asalan menyampaikan sesuatu hal tanpa pemahaman yang mendalam.

Selain itu, meskipun si pendakwah mempunyai ilmu yang luas dan pemahaman yang dalam tentang suatu hal yang akan didakwahkan, dakwah akan sia-sia dan percuma apabila apa yang didakwahkan tidak diamalkan oleh si pendakwah sendiri. Allah sangat murka dengan sikap yang seperti itu. Orang yang menyeru kepada kebaikan tetapi dirinya sendiri tidak pernah berbuat kebaikan. Orang yang berseru untuk mengerjakan amal saleh tetapi dirinya sendiri tidak pernah mengerjakan amal ibadah dengan baik. Sungguh Allah sangat murka terhadap orang-orang yang sperti itu.

Jadi, tiang utama dari dakwah itu sendiri adalah ilmu dan amalan. Kedua-duanya harus dilaksanakn bersamaan, sejalan dan seimbang. Harus dikolaborasikan dengan sebaik-baiknya. Agar dapat menciptakan sinergi yang baik dan berdampak positif dalam hasil dakwah. Bayangkan, seandainya Nabi berdakwah tetapi beliau tidak paham betul dengan apa yang beliau dakwahkan dan beliau tidak mengamlakannya atau tidak beramal saleh, bagaimana jadinya agama islam? Akankah berkembang dengan baik?

Pada saat sekarang ini, hal-hal yang menjadi materi dakwah sudah beragam, namun hakikatnya tetap dalam konteks agama islam. Tidak melulu masalah dasar keagamaan seperti ibadah, larangan-larangan dari Allah, surga neraka, dll. Akan tetapi, sudah merambah ke dalam konteks yang lebih umum dan universal. Terlebih, sekarang banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dengan sengaja di berikan label islam. Tidak hanya sekedar diberi label islam, tetapi benar-benar dikaji dalam sudut pandang islam. Contoh, misalnya Ekonomi Islam.

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang pelaksanaannya berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadist.  Sistem ekonomi ini dilahirkan dengan alasan menjadi sistem atau model perekonomian alternatif ditengah ketidakmampuan dari Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Sosialis dalam menciptakan kestabilan. Sistem ekonomi diprediksi dapat menjawab segala kelemahan yang ditimbulkan oleh sitemn ekonomi yang telah berkembang sebelumnya.

Di Indonesia, Ekonomi Islam sudah berkembang pesat. Namun, pesatnya perkembangan tersebut hanya sebatas pelaku-pelaku ekonomi yang pada dasarnya berasal dari dunia Ekonomi Islam itu sendiri, seperti akedemisi, pelaku perbankan syariah dan lain-lain. Sstem ekonomi alternatif ini belum sepenuhnya sampai kepada masyarakat yang berlapis-lapis. Maka, oleh karena itu dibutuhkan suatu cara untuk memasyarakatkan tentang ekonomi alternatif ini. Karena termasuk dalam konteks islam, yang prakteknya berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadist, maka cara yang dapat ditempuh adalah dakwah.

Begitu banyak media dakwah yang dapat digunakan untuk memasyarakatkan Ekonomi Islam. Sepeti kajian-kajian di masjid, Majelis Ta’lim, dan lain-lainnya, yang pada hakikatnya kegiatan-kegiatan tersebut merupakan wadah yang sangat ‘masyrakat’. Ekonomi Islam insyaallah dapat tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut.

Namun yang pasti, ketika berdakwah, seperti yang telah dibahas sebelumnya, kuncinya terletak pada ilmu dan amal. Kolaborasi atau sinergi dari kedua aspek ini harus dipegang teguh. Tidak sangat masuk akal apabila yang berdakwah tentang ekonomi islam adalah seorang arsitek, yang tak mengerti dan tak paham betul tentang ekonomi islam. Tidak akan berpengaruh positif apabila yang berdakwah tentang agama islam adalah para preman-preman pasar yang tak pernah menunaikan shalat seumur hidupnya. Dan akan sia-sia apabila berdakwah tetapi tak pernah mengamalkan apa yang telah didakwahkan. Hanya akan membuat Allah murka. Bayangkan, seandainya Nabi berdakwah tetapi beliau tidak paham betul dengan apa yang beliau dakwahkan dan beliau tidak mengamlakannya atau tidak beramal saleh, bagaimana jadinya agama islam? Akankah berkembang dengan baik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun