Eksotisme panorama Bali memang sungguh menakjubkan. Sejauh mata memandang, rasa lelah hilang seketika. Kali pertama saat menginjakkan kaki di Pulau Bali, saya mengunjungi Tanjung Benoa. Dimana Tanjung ini berada di wilayah Kuta Selatan, Badung, Bali. Tanjung Benoa juga berdekatan dengan kawasan Nusa Dua. Keindahan yang diberikan di Tanjung Benoa, berbeda dengan keindahan yang disediakan oleh Pantai Kuta, Jimbaran, ataupun GWK. Sepanjang jalan menuju Tanjung Benoa, hampir saya tidak melihat angkot. Sesekali motor dan taksi saja yang berlalu lalang. Jalan yang berkelak kelok dan kanan kiri jalan hampir padat dipenuhi oleh hotel juga tempat makan.
Welcome Tanjung Benoa
Saat tiba di Tanjung Benoa, akan terlihat sebuah pos penjagaan. Pos Pecalang namanya. Di pos tersebut bisa ditemui 2 sampai 3 orang, untuk meminta iuran bagi wisatawan yang hendak ke Tanjung Benoa. Desa Tanjung Benoa masih kental dengan unsur adat istiadat dan sangat religi sekali. Banyak dijumpai sesajen serta bau kemenyan yang menyengat hidung saya. Seperti itulah fenomena Bali. Mistis dan religi.
Pos Pecalang
Kata Mbok (sebutan kepada wanita yang dihormati) Ayu, Tanjung Benoa banyak dikunjungi karena watersportnya. Namun, banyak juga wisatawan yang kurang menyukai watersport, bisa mampir ke Pulau Penyu. Cukup dengan membayar Rp 30000,00. Perahu boat siap untuk mengantar. Oh ya, jika hendak ke Pulau Penyu, sebaiknya diadakan tawar menawar harga terlebih dulu, supaya liburannya asyik dengan harga yang menggelitik. Lumayan, kan!
Nah ini dia, Tour guide saya, Mbok Ayu yang setia menemani  perjalanan kami sewaktu di Bali. Mbok Ayu selalu identik dengan ikat pinggang merahnya. Kata Mbok, Tour Guide itu hukumnya wajib mengenakan ikat pinggang. Jika tidak mengenakan ikat pinggang, Mbok akan dikenakan sanksi, yaitu membayar denda sebesar Rp 100000,00. Mbok juga harus mengenakan kebaya serta rok Bali, supaya terlihat ciri khas sebagai Tour Guide Bali.
Sesampainya di Tanjung Benoa, saya langsung memilih untuk mengabadikan hamparan pasir coklat juga beberapa sailboat yang nantinya akan mengantar para wisatawan ke Pulau Penyu. Wah, pasirnya bersih. Jarang saya jumpai sampah yang berserakan. Airnya yang berwarna biru membuat hati damai. Gerombolan awan yang rasanya bisa saya gapai dapat saya jumpai di Tanjung Benoa ini. Saya benar-benar terlena dan lupa akan kepenatan kota Jakarta. Belum lagi orang Bali yang ramah. Rasanya membuat saya tak akan bisa melupakan Bali. Tempat ini juga cocok loh untuk foto prewedding. Tuh, lihat saja saya! Meski tidak memakai gaun pernikahan, saya tampak eksotis bukan. Hehe.
Hamparan Pasir Coklat
Alhamdulillah, semoga bisa berkunjung kembali. Someday. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H