" Would you hug me but i have Aids "
Mataku terpaku tuisan yang terpampang di T-shirt hitam yang di pakai seorang gadis remaja, wajah terlihat tirus dengan senyum sunging kecil dan mata sayu cekung dengan garis tulang pipi yang kuat aku prediksi Gadis itu masih berusia belia sekitar 16th.
Mataku berseribobok dengan tatapan matanya, akhirnya aku lempar senyum paling ramah yang aku miliki dan dia membalasku...dengan menarik kopernya dia berjalan mendekati " boleh saya duduk di sini kakak" kalimat itu pelan meluncur dari bibir tipisnya yang terlihat kering " ohhh silahkan, aku geser pantatku untuk memberikan space ruang kepada gadis itu " tujuan kemana mba..." tanyaku lirih membuka obrolan kami " aku mau ke surabaya kak...pulang " aku bergumam kecil dan mengangguk-angguk
Soekarno airport seperti hari-hari biasanya di terminal pintu keberangkatan 2 selalu ramai oleh orang yang akan melakukan perjalanan ataupun tidak...kembali mataku melirik t-shirt yang di pakai gadis di sebelahku " hmmm t-shirt kamu keren, aku suka dengan kalimatnya " spontan bibirku mengatakan kalimat itu, entahlah aku hanya reflek tanpa berpikir nantinya apakah gadis itu tersinggung atau tidak, dan gadis itu melihatku sambil tersenyum manis sekali " Saya penderita oda kak..." hanya kalimat pendek itu yang meluncur dari bibirnya, seperti tertohok hatiku, gadis yang begitu belia pikirku " kamu masih sekolah ? " dan itu pertanyaan tiba-tiba yang aku ajukan, dan dia mengangguk kecil " ya kak...tetapi aku mengambil kelas malam di sekolah terbuka karena sekolah umum belum siap menerima kehadiran orang-orang seperti kami.
Aku terdiam seribu bahasa tanpa berkata-kata, semua angan dan ingatan melayang, semua pertanyaan-pertanyaan yang kerap lelah untuk mencari jawaban dan sebuah keadilan, kenapa harus begini dan seperti itu....mereka adalah manusia yang memiliki hak dan keinginan untuk di manusiakan terlepas dari apa yang menimpa mereka dan mereka jalani...kalimat KEADILAN BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA yang termaktub dalam isi pancasila sila ke 5 aku rasa itu hanya slogan yang semakin meluntur tanpa pernah ada satupun yang memahaminya, kesempatan dan keinginan untuk di perlakukan sama dan dengan hak sama tanpa harus di pandang menjadi seorang pesakitan masih belum ada di negeri ini.
Hanya di pandang sebelah mata dan di anggap sebagai wabah yang harus segera di basmi, meskipun kerap apa yang mereka alami adalah sebagai korban di mana mereka tidak tahu apa-apa.
Tuhan menciptakan semua hambanya untuk saling berpikir dan hanya akal dan hatilah tempat menjadikan diri kita kaya akan segala hal, air, tanah, udara dan seluruh isi bumi ini Tuhan berikan untuk kita nikmati tanpa pernah membedakan yang satu dengan lainnya. lalu siapa kita yang begitu berani dan dengan pongah membedakan manusia satu dengan lainnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H