Mohon tunggu...
kazimi yu
kazimi yu Mohon Tunggu... WRITER AND ENTERPRENEUR -

Jemari dan ujung penaku adalah satu-satunya cara untuk mendekapmu ketika rinduku sudah membuncah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Pundak Tanpa Beban..

6 Juni 2016   13:46 Diperbarui: 6 Juni 2016   14:01 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

semua berjalan atas kehendakMu ya Allah...atas ijin dan ketentuanMu...hidup hanyalah jiwa yang berupa noktah tanpa daya,dan begitu pula diriku yang hanya berupa jasad

Tidak ada pundak tanpa beban...itu selalu menjadi kalimat ajaib untuk aku, tidak ada perjalanan tanpa ada pelajaran yang akan kita ambil...hidup belumlah menjadi titik jika sang Kehendak belum mengijinkanNya

" assalam mualaikum Beijing..."

Lirih sapaku pada negeri tirai bambu ini

perjalanan 5 jam aku tempuh dari Kuala Lumpur menuju Shanghai,  Pudong International Airport  tidak memberiku kesempatan untuk sejenak aku beribadah, bersyukur saat di atas kabin pesawat sesorang di bangku sampingku menghormatiku ketika aku menjamak sholatku...sedikit plong ketika kewajiban sudah tertunaikan 

Tuhan, ini adalah pengembaraan sepiku...menapaki jejak bumimu untuk mencari sebuah kebenaran sejati

Shanghai menyapaku dengan dingin...sepatu boot ku terus melangkah meski terseok-seok menahan lelah dan lapar, bergegas aku keluar dari imigrasi dan berjalan mencari subway, beberapa kali harus bertanya untuk mengetahui di mana keberadaan subway, keterbatasan bahasa tidak menjadikan aku surut dan takut dengan kesendirian, aku tahu Tuhan akan selalu menjagaku di mana kaki ini akan berpijak 

Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di Nanjing...Hostel tempatku menginap dekat dengan subway kira-kira hanya butuh 10 menit untuk berjalan kaki...just need to more rest 

Selamat pagi Nanjing, sahur kemudian subuhku menyapamu dengan kehangatan meski udaramu menyakiti ruas-ruas tulangku...kusudahi Munajatku dengan salam dan keyakinan jika hari ini The Great wall akan aku pijaki

Ya, ini adalah perjalananku ke Beijing dengan kondisi aku menjalankan ibadah shaum...sekian mimpi ingin ku jalani melewati shaumku di kelilingi tembok besar yang kerap aku impikan dahulu ketika aku kecil

Pagi-pagi dari hostel aku bertolak menuju dhongzimen station, ini merupakan station bus terbesar di Nanjing 

[caption caption="dokpri"][/caption]

Setelah bertanya kesana kemari dengan bahasa tarzan karena hampir masyarakat di sini tidak mengerti bahasa inggris dan hanya bermodalkan kamus saku kecil dan peta aku  akhirnya menemukan bus  dengan no 867, konon dari cerita-cerita yang kudapat bus ini akan mengantarkan kita dari Dongzhimen hingga The Great wall, dan ini bus satu-satunya...jika yang lain kita di haruskan transit dan oper dengan travel kendaraan lainnya...

Bus melaju dengan membawa mimpi dan senyum getirku, sebuah keputusan hebat dan ini masa depanku, mungkin ini sebuah keegoisan akan tetapi selalu ada harga yang harus di bayar mahal untuk sebuah cita-cita...tanpa terasa air mata menetes di kedua kelopak mataku...Tuhan Engkau selalu tahu yang terbaik dari keinginanku...ku emban amanah ini dengan tidak begitu mudah atas nama bangsa dan tanah airku aku gadaikan segala hal yang menjadi kecintaanku, demi sebuah pengabdian

Alhamdulillah akhirnya sampai juga ...

[caption caption="dokpri"]

[/caption]

Suhu sekitar  5 derajat celcius...dan gerimis pula, subhanalloh dingin luar biasa...Tuhan ini kenikmatanMu...

Maha karya yang menakjubkan dan ini ada karena atas kehendakMu...

Senyumku dan syukurku akhirnya kembali penaku menari di atas kebaikan semesta, lapar dan dahagaku terbayar di atas mimpi-mimpi yang tercapai...

Ku tunaikan Dzuhur dan asharku dii atas Great Wall dan ini begitu luar biasa...tanpa ijin dan kehendak Mu aku tidak akan sampai kesini, sekian dari koleksi mimpi-mimpiku...

[caption caption="dokpri"]

[/caption]

Meninggalkan jejak senyum untuk beijing...meski pedih dan sepi namun Tuhan percayakan ruh di setiap tulisan-tulisanku...dan ini tidak tergambarkan 

Tidak ada pundak tanpa beban...semua perjalanan hidup setiap insan tidaklah mudah, semua penderitaan dan masalah selalu datang, akan tetapi hanya sujud kepadanya adalah muara kembali ke sebenarnya tujuan...Allah sudah janjikanakan selalu ada jalan ke luar di setiap ujian...dan pundakmu adalah tempat segala ujian itu berlabuh dan hanya dengan keikhlasan segala hal akan terlewati dengan kebaikan...

Beijing hanya menyisakan sepi dan dingin namun aku bersyukur segala hal terpenuhi.

Sisa jejak catatan perjalananku ketika menyapa Beijing selama 4 hari...

Terima kasih Tuhan untuk segala hal yang telah Engkau sematkan di pundakku dan apapun itu 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun