Baca juga:
Beberapa Diskursus di Antara Para Pembaca Buku
Zoning out itu biasa.Â
Adalah sebuah kebohongan besar jika saya tidak pernah mengalami zoning out saat membaca.
Zoning out—secara ringkas saja—dapat diartikan sebagai hilangnya fokus dari sesuatu yang dibaca, contohnya buku; dan saya kerap juga mengalaminya.
Tapi, saya tidak menganggapnya sebagai kejadian luar biasa.
Di antara sederetan faktor penyebabnya dari a-z, saya berpendapat, zoning out boleh jadi memang bagian dari cara kerja otak manusia, setidaknya bagi saya secara pribadi—dan tiap orang tentu saja punya rentang fokus yang berbeda, termasuk dalam membaca buku.
Saya tipikal orang yang fokus saat membaca buku. Saat membaca buku, otak saya bekerja: membuat mind mapping, membangun deskripsi di kepala, atau mempertanyakan sebab-akibat.
Alur ini alamiah dengan sendirinya terjadi pada saya dan sudah menjadi kebiasaan—bahkan jauh sebelum saya menjadi seorang scriptwriter atau produser radio dulu.Â
Teknik pointer tak lepas dari diri saya.
Zoning out dan skala prioritas.Â
Zoning out dan tenggelam pada buku yang dibaca tentu tidak masalah—zoning out akan menjadi masalah jika fokus saya tercuri untuk hal-hal yang di luar dari itu.
Sebenarnya saya tidak punya resep jitu bagaimana mempertahankan fokus yang panjang saat membaca buku, namun ini akan menjadi penting bagi saya jika saya ingin mengambil manfaat dari buku yang saya baca.