Berkenalan dengan orang baru atau blind date adalah dua kegiatan yang sama-sama menegangkan; memacu otak untuk kreatif menciptakan obrolan.
Pun saya demikian sebenarnya.
Tiap kali berkenalan dengan orang baru—lupakan blind date karena saya tidak pernah kencan secara langsung dengan orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya—pikiran saya selalu bertanya dengan penuh telisik, 'seasyik apa sih orang ini nantinya?'
Entahlah itu seperti sudah ter-setting dengan otomatis saja di ruang bawah sadar saya, sama otomatisnya tatkala saya menyambangi ranjang menjelang tidur dan seketika itu pula kaki saya tak henti-hentinya mendusel-dusel—hal mengasyikkan yang tanpa sadar saya lakukan dan tentu saja tak harus melibatkan orang.
Tapi, tulisan ini bukan hendak membahas sensasi berkenalan dengan orang baru—atau blind date seperti  prolog yang saya kemukakan di awal.
Bicara "asyik", seberapa asyik sih kamu?
Pernahkah kau bertanya langsung terhadap orang-orang yang kau kenal tentang itu? Apa tanggapan mereka?
Kalau belum pernah kau menanyakannya, coba besok atau beberapa menit dari sekarang—tentu saja setelah kau selesai membaca tulisan ini—kau boleh melakukannya.
Saya sih setuju tiap orang harus—sebisa mungkin—baik dan asyik terhadap semua orang.
Tapi, pada kenyataannya tidak 'selalu'Â demikian. Jika semua orang baik dan asyik seperti yang kita harapkan tidak mungkin ada istilah:
tidak ada kawan atau lawan, yang ada hanya kepentingan.
Ups.
Cerita-cerita seperti ini kerap terjadi di lingkungan kerja—tempat yang sarat dengan tekanan yang membabi buta.