Kencan pertama adalah ajang "menjual" diri dalam satu kesempatan.Â
Pada saat itu (baca: kencan pertama), kebanyakan orang akan berusaha mendapatkan kesan lebih—alih-alih jika tidak ingin dikatakan sempurna—di mata seseorang.Â
Segala macam trik akan coba dilakukan, segala macam panduan dijadikan pembenaran. Siapa tahu mendapat angka sembilan—nilai sempurna—oleh si teman kencan.
Tak peduli bagaimana proses kenalnya untuk kali pertama—entah itu karena dijodohkan teman, kenal karena dia anak teman mama, karena "ulah" tetangga yang ingin berniat baik supaya kita mendapat pasangan bahkan hingga kita berusaha sendiri melalui online dating—bagi saya pribadi, saat kencan dilakukan, saya punya satu prinsip yang tak bisa diganggu gugat: saya menolak untuk menjadi orang yang bukan diri saya di hadapan orang yang telah membuat hati saya tertawan.
Sisi manis boleh lah ditunjukkan tapi bukan semata-mata tak bebas jadi diri sendiri bukan?Â
Alasannya adalah apa lah guna melakukan sesuatu hanya demi sebuah pengakuan yang semu.
Tsaaaahhhh...
Tapi, bukan berarti pula kau berhak memperlakukan "biasa-biasa" saja teman kencanmu. Jika demikian, buang lah jauh-jauh istilah kencan itu. Bukankah kencan ada agar sesuatu yang terasa biasa menjadi sedikit terasa istimewa?Â
Uwuwu...
Perihal membuat seseorang jatuh hati pada kencan pertama, mungkin tiap dari kita punya beberapa trik yang bisa dijadikan pakem awal. Itu lumrah—biasa terjadi untuk menutupi grogi yang boleh jadi sudah diawali dengan irama jantung yang berdegup tak henti.
Tapi, terkadang saking groginya, kita justru "berulah" yang aneh-aneh sehingga membuat hasil akhir kencan yang diharapkan tak semestinya berjalan.Â