Mohon tunggu...
Kayla Azahra
Kayla Azahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemikiran Rasyid Ridha Terhadap Nasionalisme: Menggali Perspektif Kritis dalam Konteks Modernitas

18 Juni 2023   17:08 Diperbarui: 18 Juni 2023   18:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasyid Ridha seorang cendekiawan Muslim pada abad ke-20 yang telah memberikan pengaruh terhadap diskursus intelektual dan politik di dunia Arab. Salah satu aspek penting dalam pemikirannya adalah pandangannya terhadap nasionalisme, yang berfungsi sebagai landasan untuk memahami peran identitas kebangsaan dalam konteks modernitas.

Artikel ini akan mengeksplorasi pemikiran Rasyid Ridha terhadap nasionalisme dan bagaimana pandangannya menantang paradigma tradisional serta menawarkan perspektif kritis dalam perdebatan yang sedang berlangsung.

1. Latar Belakang Historis Pemikiran Rasyid Ridha

Pemikiran Rasyid Rida muncul dalam konteks sejarah yang dibentuk oleh kolonialisme Eropa di dunia Arab dan Islam pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Saat itu, banyak negara dan wilayah di dunia Arab dikuasai oleh kekuatan kolonial Eropa seperti Inggris Raya, Prancis, dan Italia. Kolonialisme ini menyebabkan ketidakpuasan dan perlawanan di kalangan umat Islam dan juga mempengaruhi pemikiran Rasyid Ridha tentang nasionalisme.

Selain itu, Rashid Ridha juga terpengaruh oleh pemikiran Orientalis Barat yang muncul saat itu. Orientalisme adalah pendekatan Barat untuk studi dan interpretasi dunia Arab dan Islam. Pengaruh ini juga meluas ke pemikiran Rasyid Ridha tentang nasionalisme, di mana ia menanggapi gagasan kebangsaan Barat dan berupaya memasukkan perspektif Islam ke dalam konsep tersebut. Semasa hidupnya, Rashid Ridha juga terlibat dalam gerakan pembaruan Islam, yang berupaya membangkitkan kejayaan dan kekuatan ummat Islam melalui reinterpretasi ajaran agama, modernisasi, dan reformasi sosial. Gerakan kebangkitan ini juga mempengaruhi pemikiran Rasyid Rida tentang nasionalisme, dimana ia mencoba menggabungkan nasionalisme Arab dengan prinsip-prinsip Islam. Konteks sejarah inilah yang menjadi dasar pemikiran Rasyid Rida tentang nasionalisme.

2. Nasionalisme dalam Pandangan Rasyid Ridha

Konsepsi nasionalisme Rasyid Rida sebagai jawaban tidak setuju dengan model nasionalisme yang diterapkan Mustafa Kemal di Mesir dan gerakan nasionalis di Turki. Rasyid Ridha sangat tidak setuju jika persaudaraan (ukhuwah) itu dalam Islam mendiskriminasi bahasa, tanah air, dan negara. Dia lebih setuju dengan ide teori persaudaraan (asabiyah) Ibnu Khaldunya. Dalam teori, Ibnu Khaldun menekankan 3 aspek, yaitu: Ashabiyyah fi al-din (kesatuan agama atau ideologis), Ashabiyyah fi-Qobil (persatuan bangsa), Ashabiyyah fi Al-jinsiyah (Persatuan Nasional). Ketiga hal ini menggambarkan bahwa sesungguhnya umat Islam tidak ada tembok yang memisahkan persaudaraan. Jadi Rasyid Ridha membangkitkan gagasan bahwa persaudaraan Muslim sama sekali tidak ada perbedaan ideologi, mazhab, bahasa, tanah air dan perbedaan bangsa. Nasionalisme yang dimaksud Rashid Ridha adalah nasionalisme religius yang sejalan dengan Islam dan tidak bertentangan dengan Islam. Menurutnya, persaudaraan (ukhuwah) tidak mengenal batas atau ras, bangsa, bahasa atau tanah air.

3. Pengaruh Pemikiran Islam Terhadap Pemikiran Rasyid Ridha Tentang Nasionalisme

Pemikiran Rasyid Rida tentang nasionalisme dipengaruhi oleh pandangan Islam yang kuat. Dia mengakui bahwa Islam adalah faktor penting dalam membentuk identitas dan persatuan Muslim, bahkan dalam konteks nasionalisme. Rasyid Ridha berpendapat bahwa nasionalisme Arab dan identitas Islam merupakan aspek yang saling melengkapi. Baginya, Islam adalah fondasi spiritual dan moral yang kokoh bagi masyarakat Arab, dan pemahaman akan nilai-nilai agama tersebut akan menjadi dasar nasionalisme Arab yang sehat. 

Menurut Rasyid Rida, nasionalisme yang semata-mata didasarkan pada faktor etnis atau kebangsaan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip agama rentan terhadap perpecahan dan perpecahan. Dia menekankan pentingnya menyatukan umat Islam di bawah nasionalisme Arab yang inklusif, di mana identitas nasional dipandang sebagai bagian dari identitas Islam yang lebih besar.

Rasyid Ridha juga mengkritik nasionalisme yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti chauvinisme nasional atau supremasi rasial. Baginya, nasionalisme yang dilandasi prinsip-prinsip agama dapat memberikan landasan yang lebih kuat, menghargai persamaan manusia dan mengedepankan persatuan dalam perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun