Mohon tunggu...
Kayla Farrensia
Kayla Farrensia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid BINUS Bekasi Kelas 10

A space to share our thoughts freely!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bukan Kebaikan, Melainkan Ketulusan

13 November 2024   11:00 Diperbarui: 13 November 2024   11:02 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak dini, pastinya kita diajari supaya berbuat baik dan jujur kepada sesama, terutama di saat kita berbuat kesalahan. Tetapi perbuatan-perbuatan kecil ini tidak cukup untuk dikatakan sebagai tulus. Hampir setiap keputusan yang diambil ada motif tersembunyi. Terkadang, seorang anak kecil dengan tidak rela meminta maaf kepada temannya karena telah menyakitinya demi lolos dari hukuman. Di dunia nyata, ketidaktulusan ini berdampak jauh lebih besar, sehingga mengganggu kesejahteraan dan kepercayaan antara dua pihak yang terlibat. Hal ini menyangkut pula kepada orang-orang bermuka dua yang berusaha untuk mencapai sebuah motif tanpa adanya rasa peduli terhadap pihak lawan. 

Semakin pudar eksistensi nilai ini, sehingga banyak yang tidak bisa membedakan antara ketulusan dengan kebaikan. Apa itu ketulusan? Ketulusan hati adalah kemurnian hati dan ketiadaan motif tersembunyi sehingga segala perbuatan baik dilakukan sesungguhnya dari hati sanubari. Ketulusan ini bersifat transparan terhadap segala perbuatan tanpa adanya harapan imbalan. 

Ketulusan ini penting karena dengan adanya sifat tulus, semua hal yang kita lakukan akan menjadi baik. Pihak lawan pun akan menjadi lebih percaya dan mengerti niat dan perbuatan kita, kecil dan besar. Tanpa ketulusan, hubungan akan runtuh karena pihak lawan tidak akan mengetahui perbuatan mana yang dilakukan demi kebaikan mereka atau sendiri. 

Ada sebuah pepatah bijaksana dari Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium yang bersuara, "Selalu lakukan apa yang baik yang dapat dilakukannya, bahkan jika menghadapi risiko menjadi kotor oleh lumpur jalanan." Dari runtutan kata tersebut kami diajari untuk berbuat kebaikan, tidak untuk manfaat sendiri tetapi demi keuntungan orang lain, meskipun kita harus ada pengorbanan untuk mencapai titik tersebut. 

Alkitab pun mengajari untuk berbuat tulus. Dalam Hak 9:19, ayat tersebut bersuara, "Jika kamu pada hari ini berlaku setia dan tulus ikhlas kepada Yerubaal dan keturunannya, maka silakanlah kamu bersukacita atas Abimelekh dan silakanlah ia bersukacita atas kamu." Hal ini menekankan kebahagiaan yang akan tinbul akibat ketulusan. 

Maka dari itu, ketulusan ini fundamental demi membangun sebuah hubungan, baik hubungan pertemanan, kekeluargaan, maupun romantis. Tanpa adanya ketulusan hati, segala perbuatan terhadap pihak lawan akan diperhitungkan, apabila perbuatan tersebut akan ada dampaknya bagi kita, positif maupun negatif. Meskipun ketulusan ini tidak bisa kami carikan solusinya, ada berbagai cara yang bisa kita terapkan supaya berkurang angka korban dari perbuatan ketidak tulusan termasuk suapan dan manipulasi sekalipun. Proposal saya yaitu untuk mendidik generasi baru dengan lebih dalam terkait kesadaran terhadap menghadapi berbagai macam orang dengan bermacam-macam motif, sehingga mereka dapat dengan lebih tenang mengundurkan diri dari hubungan tersebut dan memprioritaskan kesehatan emosional diri. 

Untuk merangkum, semua umat Katolik maupun non-Katolik sekalipun perlu menyingkirkan segala pikiran-pikiran terlibat pemanfaatan orang lain demi keuntungan sendiri. Bagi yang berumat Katolik, kepentingan gereja dapat ditekankan lebih banyak pada para umatnya sehingga memungkinkan adanya perubahan pola pikiran dan niat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun