Zaman sekarang, jurusan sastra masih relevan. Apalagi di tengah era globalisasi yang kerap menghubungkan berbagai negara di dunia ini, lulusan sastra sangat dibutuhkan. Sering kali orang-orang bertanya, "Kalau sudah lulus mau jadi apa?" namun sebenarnya pilihan karier bagi lulusan sastra sangat beragam. Nyatanya, memilih jurusan sastra dapat membuka wawasan lebih luas tentang budaya, sejarah, dan bahasa. Namun, mahasiswa yang memilih jurusan sastra tertentu tidak jarang dilabel sebagai penyuka budaya populer asal negara jurusan tersebut, atau bisa juga disebut sebagai stereotip. Salah satunya adalah sastra Jepang, yang banyak diminati oleh kalangan pelajar. Stereotip yang paling sering muncul dan ada di mindset masyarakat kepada mahasiswa sastra Jepang adalah "wibu”.
Secara singkat, wibu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang sangat menyukai budaya populer Jepang, seperti anime, manga, dan game, hingga terkadang terlihat berlebihan. Banyak mahasiswa sastra Jepang memang menyukai aspek-aspek budaya populer Jepang ini, sehingga tidak heran jika banyak wibu di jurusan ini. Tetapi, apakah benar jurusan sastra Jepang hanya diisi oleh wibu? Tentu saja tidak. Masuk jurusan sastra Jepang tidak harus menjadi wibu untuk memahami pembahasan kuliah.
Banyak tema menarik yang diangkat ketika kuliah, bukan hanya budaya populernya saja. Berawal dari fakta bahwa dengan masuk jurusan sastra, kita bisa belajar bahasa baru termasuk ilmu linguistik, dan membuka peluang untuk koneksi yang lebih luas terutama dengan komunitas luar negeri. Apalagi, bahasa Jepang punya aksara sendiri. Banyak orang asli Jepang yang kagum kalau melihat orang asing bisa membaca aksara mereka. Hal tersebut dapat membuat kita merasa superior di antara orang-orang lain di sekitar kita, menjadi bilingual atau bahkan multilingual. Bahasa adalah alat penyatu berbagai masyarakat yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Jadi, sangat menarik bukan?
Dengan belajar bentuk budaya, etika, sejarah, dan pola pikir masyarakatnya, wawasan kita otomatis jadi lebih luas dengan menerima perspektif yang sering berbeda. Misalnya, jika ingin menjalankan bisnis di Jepang atau bertukar opini dengan orang Jepang, kita bisa dengan gampang memahami negara tersebut dan menyampaikan gagasan. Jepang adalah negara maju. Sampai sini, sudah terlihat lebih profesional dan tidak cuma dipandang sebagai jurusan “wibu”, kan?
Selain itu, ada peluang untuk student exchange sehingga kita bisa merasakan tinggal dan belajar di Jepang langsung. Hal ini membuka jaringan internasional dengan bertemu banyak orang dari negara asing. Pengalaman ini sangat berharga karena memberikan pemahaman langsung tentang budaya dan kehidupan sehari-hari di Jepang.
Terlebih lagi, peluang karir bagi lulusan sastra Jepang sangat luas. Kalau sudah makin mahir, kita bisa menambah sertifikat JLPT dan membuka peluang yang lebih besar untuk karier di Jepang dan bergerak di banyak bidang profesional. Kita bisa bekerja di perusahaan multinasional, pariwisata, lembaga pendidikan, penerjemahan, diplomasi, dan masih banyak lagi. Semua ini menunjukkan bahwa memilih jurusan sastra Jepang tidak hanya tentang kecintaan pada budaya populer, tetapi juga membuka banyak jalan untuk sukses di berbagai bidang.
Jadi, memilih jurusan sastra Jepang tidak harus berarti menjadi “wibu”. Meskipun ada banyak mahasiswa yang menyukai budaya populer Jepang, kuliah di jurusan ini menawarkan lebih dari sekadar itu. Dengan mempelajari bahasa, sejarah, dan budaya Jepang secara mendalam, mahasiswa dapat membuka wawasan dan peluang karir yang luas di berbagai bidang. Pengalaman seperti student exchange dan sertifikasi JLPT juga menambah nilai tambah dalam kualifikasi profesional. Oleh karena itu, sastra Jepang adalah pilihan yang relevan dan menjanjikan bagi mereka yang ingin mengembangkan diri secara intelektual dan profesional di kancah internasional.
Sumber:
Keuntungan Mahasiswa Yang Memilih Jurusan Sastra
Jarang Diketahui, Ini Sederet Keunggulan Jurusan Kuliah Sastra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H