Sebagai manusia yang lahir individu. Seseorang akan mempunyai jalan cerita hidupnya masing - masing. Namun apakah pernah kalian suka berfikir, bagaimana nasib kalangan orang - orang yang kurang dengan finansialnya, namun masih tetap berusaha untuk bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarganya? Saya salah satu yang suka berpikir akan hal itu dan. Banyak orang di luar sana yang berbeda dari kita dan mungkin kita harus lebih melihat banyak sisi kerja keras dari mereka, memang kita sering mengabaikanya tetapi di balik semua itu mereka mempunyai cerita yang menyentuh hati dan rasa empati kita akan muncul ketika mendengarnya.
Universitas padjadjaran sebagai mahasiswa fakultas ilmu komunikasi. Menemukan Mang Dede di Fakultas Ilmu Komunikasi dengan kotak hijau yang selalu ia genggam di tangan nya membuat semua orang antusias membeli dagangan yang kita tau yaitu Tahu Sumedang atau Tahu Problem Solving. Seorang pria yang bermana asli Dede Udin sudah berjualan sejak tahun 2009. Setiap hari di waktu tertentu Mang Dede berjualan berkeliling Fakultas Ilmu Komunikasi sambil menawarkan tahu yang dia jual. Di khalayak ramai ketika mahasiswa sedang berkumpul mang dede menghampiri dengan muka ceria sambil berbincang ria untuk menawarkan tahu yang sedang ia jual. Sekumpulan mahasiswa suka membeli tahu sumedang itu entah sebagai santapan sarapan, cemilan, atau sekedar ingin mengisi perut di kala istirahat.
Hanya dengan mengeluarkan uang sedikit anda bisa mendapatkan kelezatan dari tahu sumedang. Mang dede berjerih payah mendapatkan pelanggan. Biasanya ia memulai aktivitas berjualan dari pagi jam 9. Namun anda bisa melihatnya sampai sore artinya ia sangat berjuang keras untuk daganganya. Dilihat dari cara ia berjualan, membuat saya tertarik bagaimana kisah dari seorang mang yang sudah cukup lama di fakultas ilmu komunikasi dan fakultas lainya.
Mang dede berjualan tahu sumedang atau kalau kata Mang Dede sendiri “Tahu Problem Solving” alasan Mang Dede mengambil tahu sumedang sebagai jualanya karena dia merasa banyak mahasiswa dari luar atau dalam jatinangor kurang mengetahui apa itu tahu sumedang. Dia berkata banyak mahasiswa dari luar pulau jawa, jadi tahu sumedang seharusnya dikembangkan dan dikenalkan kepada mereka. Maka dari itu tahu sumedang ini akan lebih banyak dikenal dan menyebar luas luar kota. Memilih jualan tahu sumedang di kawasan Fakultas Ilmu Komunikasi ada alasan tersendiri salah satunya adalah ia merasa strategis, maka akan lebih banyak mahasiswa yang mengenal dan membeli tahu Mang Dede.
Dahulu mang dede pernah bekerja di sebuah pabrik, dia mendapatkan shift malam tiap harinya. seiring berjalan waktu mang dede merasa bahwa pekerjaanya melelahkan, harus begadang dan menjadikanya tidak bisa mengatur waktu dengan keluarga. Akhirnya ia berhenti bekerja dan memilih berjualan tahu sumedang. Dia Berjualan tahu sumedang dibantu oleh saudaranya, setiap hari Mang Dede mengambil tahu hasil dari kios saudara mang dede. Dia berkata untung yang didapatkan tidak terus menerus banyak. Namun sesuai dengan habisnya tahu tersebut. Jika banyak mahasiswa yang membeli di hari kuliah biasanya akan habis, tetapi ketika hari libur tidak semua mahasiswa datang maka keuntungan yang didapatkan tidak seberapa.
Sudah sekitar 14 tahun mang dede berjualan tahu, bahkan Mang Dede banyak mengenal alumni mahasiswa dari fakultas ilmu komunikasi. Memulai karir dari 2009 tidak membuat Mang Dede putus semangat, ia rela pulang pergi 1 jam dari sumedang ke jatinangor untuk pergi ke kampus Universitas Padjadjaran. Rasa gigih dari Mang Dede harus ditiru bagi mahasiswa lainya, menunjukan bahwa kita harus percaya bahwa apapun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sempurna dan cukup bagi kita sendiri.
Mang Dede juga tidak kalah gaul dengan mahasiswa lainya, ia bahkan mempunyai twitter sendiri. Jadi pesan dari mang dede kepada mahasiswa yang sedang menempuh kuliah nya, untuk selalu semangat dan tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa. Jangan berbuat hal di luar tanggung jawab untuk kuliah. Percaya bahwa masa depan akan berjalan dengan lancar jika kita mengikuti hati nurani kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H