Mohon tunggu...
kaylapermadi
kaylapermadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Psikologi tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Psikologi positif: bagaimana pola pikir positif mempengaruhi hidup kita

11 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:03 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bisa dilihat di sekitar anda, pada zaman sekarang banyak remaja yang mengalami stress dan kebanyakan dikarenakan overthinking atau terlalu memikirkan suatu hal  yang tidak begitu penting secara berlebihan. Hal ini menyebabkan kualitas kerja ataupun belajar menurun.

Optimisme, sebagai bagian dari psikologi positif, memainkan peran penting dalam memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Dalam psikologi, optimisme adalah keyakinan bahwa hal-hal baik akan terjadi dan bahwa kita memiliki kendali untuk mencapainya. Psikologi Positif kemudian membangun teori-teori ini dengan lebih terstruktur, mengarah pada pemahaman yang lebih ilmiah tentang kebahagiaan, kepuasan hidup, dan kualitas hubungan sosial, yang sangat penting bagi kesehatan mental dan kesejahteraan. Mengikuti dari teori dari psikologi positif, kita harus memfokuskan diri pada perhatian pada suatu pencapaian kebahagiaan dan kesejahteraan melalui pengembangan karakter dan potensi positif manusia. Namun, apakah optimisme benar-benar memberikan manfaat nyata, atau hanya sekadar ilusi untuk menghibur diri?

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang optimis cenderung lebih sehat secara fisik dan mental. Mereka memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular, tingkat stres yang lebih rendah, dan kemampuan pemulihan yang lebih baik setelah menghadapi tantangan. Dengan rendahnya Tingkat stress kita dapat mengoptimalkan kinerja kerja kita. Optimisme juga berhubungan dengan keberhasilan akademik, karier, dan hubungan interpersonal yang lebih harmonis.

Mengapa optimisme begitu berpengaruh? Salah satu alasannya adalah optimis lebih mungkin mengambil tindakan untuk mencapai tujuan mereka. Karena pada saat menghadapi hambatan, orang orang yang berpikir optimis cenderung melihatnya sebagai tantangan yang sementara yang akan bisa mereka selesaikan. Pandangan ini membuat mereka berpikir bahwa mereka harus terus berusaha walaupun sedang dalam situasi yang sulit, dan mereka percaya akan bisa melalui ini semua. Hal ini juga menjadi salah satu meningkatnya kualitas seseorang dalam bekerja.

Optimisme juga dikaitkan dengan hubungan yang lebih sehat dan harmonis. Orang-orang optimis memiliki kecenderungan untuk membangun hubungan yang lebih positif karena emosi mereka lebih stabil dan mereka lebih mampu melihat kebaikan dalam situasi sulit

Namun, optimisme juga memiliki batasannya. Meskipun optimisme memiliki banyak manfaat, penting untuk mengadopsi optimisme yang realistis. Optimisme yang berlebihan tanpa mempertimbangkan risiko dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang ceroboh. "Optimisme buta" atau keyakinan yang tidak realistis dapat membuat seseorang mengabaikan risiko atau gagal mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan buruk. Misalnya, seseorang yang terlalu percaya bahwa usahanya akan berhasil tanpa memperhitungkan risiko pasar mungkin menghadapi kerugian besar. Hal hal tersebut sangat tidak baik. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan optimisme dengan realisme—pendekatan yang dikenal sebagai "optimisme realistis."

Kita juga perlu berpikir realistis. Optimisme yang sehat adalah keseimbangan antara harapan positif dan evaluasi realistis terhadap situasi. Psikologi optimisme mendorong kita untuk tetap berharap tetapi juga bersikap kritis dan mempersiapkan diri terhadap berbagai kemungkinan.  Mengetahui Batasan yang kita miliki. Mengetahui apa yang mungkin dan tidak mungkin kita lakukan. Dengan begitu, kita bisa meminimalisir kekecewaan yang kita akan dapatkan. Disamping itu kita harus tetap optimis dan berpikir positif.

Optimisme bukan sekadar sifat bawaan; ini adalah keterampilan yang dapat dilatih. Contohnya mungkin dengan latihan seperti menulis jurnal rasa syukur, mempraktikkan afirmasi positif, atau fokus pada solusi alih-alih masalah, kita dapat membangun pola pikir yang optimis. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan ketidakpastian, optimisme bisa menjadi alat yang kuat untuk menjaga kesehatan mental dan menjalani hidup yang lebih bermakna.

Pada akhirnya, optimisme bukan hanya tentang "berpikir positif" tanpa dasar, tetapi tentang mengembangkan keyakinan yang sehat bahwa kita mampu menghadapi tantangan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Jadi, sebaiknya kita melatih diri untuk berpikir positif dan optimis. Hal ini dapat membuat hidup kita jauh lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun