Mohon tunggu...
Ahmad Kaylani
Ahmad Kaylani Mohon Tunggu... -

Sedang berlatih menulis hal-hal kecil dan mudah, hal-hal yang sederhana dan bisa mendapatkan pengalaman baru dari pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalur Neraka Bernama Cileduk

16 Maret 2012   10:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:58 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tinggal di mana? Kawan lama bertanya saat berjumpa. "Cileduk" Jawabku. Wajahnya berubah. "Itu jalur neraka". Aku tak terkejut. Bukan hanya dia yang mengatakannya. Hampir semua orang menyebut jalur ke arah Cileduk adalah jalur neraka. Mau bukti? jalan saja. Anda akan tersiksa luar biasa. Silahkan pilih naik apa saja. Metro mini, bus, naik motor atau mobil pribadi. Inilah jalanan yang paling "jahanam", kadang seorang penumpang menyumpah serapah di depanku. Ya inilah "jalur neraka", aku menimpali dan mendukung nama baru itu. Dan jalur neraka itu sudah aku lalu selama 12 tahun lebih.

Jalur Kebayoran-Cileduk sangatlah panjang. Ia dimiliki dua wilayah dan menjadi perbatasan; Jakarta-Tangerang. Bisa jadi ini jalur terpadat dan terkacau. Sebut saja jarak panjang antara Jakarta-Cileduk terhampar puluhan titik macet. Sebut saja pasar Kebayoran, agak bergeser dikit Cipulir, dikit lagi pasar di pinggir kali pesanggarahan, bergeser dikit petukangan, kreo, mencong dan sampailah cileduk. Di pinggir berdiri pertokoan yang benar-benar membuat jalan semakin sempit. Ada apartemen, sekolah, kampus dan banyak show room serta lainnya. Semua sempit dan berbatasan dengan jalan.

Bayangkan jika ruang yang sempit dijubeli oleh ribuan kendaraan, motor, toko, angkot, metro mini, bus dan kadang truk serta kaki lima? Naiklah sesekali Metro Mini. Penumpang penuh jejal tiba-tiba dipindah. Maki-maki dan luberan penumpang hampir setiap hari menghiasi jalur neraka. Belum lagi kalau hujan, air yang meluap dari kali pesanggarahan atau drainase yang buruk membuat ribuan pada hari itu menderita lahir batin. Inilah jalur yang seolah menjadi jalur rimba. Negara seakan absen. Apalagi Foke dah Wahidin Halim mereka hanya sibuk memikirkan kekuasaan dan uang.

Bisa jadi tingkat trauma warga Cileduk lebih parah dibandingkan dengan warga lain di Indonesia. Saat berangkat kerja mereka berpikir dua kali. Saat pulang dari kantor mereka berpikir sepuluh kali. Padahal inilah jalur terpanjang dan terpadat yang telah banyak memberikan kontribusi bagi negara dan dua pemerintah daerah.

Bagi saya saatnya Foke, Bu Atut dan Wahidin Halim duduk satu meja membicarakan bagaimana masa depan Cileduk dan bagaimana menjadikan jalur Cileduk bukan lagi jalur neraka tetapi  sebagai jalur surga. Potensi ekonomi jalur ini luar biasa. Dialah jalur tercepat jika tidak ada kemacetan yang semakin menggila menuju Jakarta dan Banten.

Seandainya Wahidin Halim mundur dan saya menjadi walikota Tangerang, pertama kali yang saya perbaiki adalah jalur neraka ini. Jika tidak maka warga Cileduk dan sekitarnya akan menjadi penghuni neraka selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun