Proses bimbingan dan konseling merupakan layanan yang selalu mengutamakan komunikasi. Untuk itu komunikasi merupakan alat vital yang harus diperhatikan konselor. Salah satu hal yang mendukung berhasilnya proses layanan bimbingan dan konseling adalah dengan adanya suasana komunikasi yang terapeutik, maksudnya yakni suasana yang terfokus pada kesembuhan klien. Terapeutik pada dasarnya dikenal dalam dunia keperawatan namun saat ini terapeutik juga mulai dikenal dalam layanan bimbingan dan konseling. Kesimpulannya komunikasi terapeutik pada prinsipnya merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses komunikasi terapeutik secara efektif, konselor perlu menguasai teknik komunikasi (Hidayat, dkk; 2019).
Berikut adalah hal-hal yang harus dihindari dalam komunikasi terapeutik:
1. Comparing atau perbandingan, yaitu membandingkan diri dengan orang lain. Seorang konselor harusnya tidak membandingkan konseli dengan orang lain atau dengan konselor itu sendiri karena membandingkan diri dengan orang lain dapat menyebabkan seorang konseli merasa iri ataupun tidak percaya diri.
2. Mind Read, mencoba membaca pikiran yang ada dalam diri orang lain. Seperti mengira-ngira masalah ataupun perasaan dan emosi yang sedang dilalui oleh konselor. Seorang konselor harusnya mendengarkan terlebih dahulu cerita atau masalah seorang konseli.
3. Planning, yaitu merencanakan argumen atau cerita akan yang akan dikatakan selanjutnya.
4. Filtering, yaitu hanya mendengarkan topik yang diminati seperti seorang konselor mendengarkan topik yang dianggap seorang konselor menarik tetapi yang tidak menarik tidak dipahami atau didengarkan.
5. Judging atau memberikan penilaian dengan pernyataan seperti bodoh, lemah, aneh dan pernyataan negatif lainnya. Memberikan penilaian terhadap orang lain secara negatif dapat juga menimbulkan konflik baru.
6. Kerap mengingat pengalaman sendiri karena mengingat pengalaman pribadi dapat mengaburkan kemampuan konselor untuk benar-benar memahami kebutuhan seorang konseli.
7. Sibuk mendaftarkan saran-saran sebelum penutur selesai bercerita. Seorang konselor seharusnya mendengarkan terlebih dahulu sampai konseli selesai bercerita dan setelah memahami cerita dari seorang konseli.
8. Mengarah pada bentuk percakapan intelek dan larut dalam perdebatan yang berorientasi mengalahkan lawan bicara. Seorang konselor harus menghormati konseli dan membangun kepercayaan maka dari itu tidak perlu berusaha mengalahkan lawan bicara karena akan membuat seorang konseli tidak nyaman.
9. Mempercayai diri individu benar sehingga yakin bahwa dialah yang seharusnya didengarkan. Mempercayai individu atau salah satu orang saja dan tidak mendengarkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah, maka dari itu sebaiknya mendengarkan kedua belah pihak atau orang lain yang bersangkutan agar lebih memahami masalah yang sedang dibahas.
10. Mengganti topik pembicaraan seperti mengehentikan dengan cepat pembicaraan yang sedang dibahas dan membahas hal lain diluar konteks yang sedang dibahas.
11. Berlebihan dengan menetramkan, misalnya  "Engkau benar, tentu saja. Saya setuju!" Seorang konselor harus memberikan dukungan yang efektif dan realistis, berupa perilaku dan ungkapan kejujuran pikiran dan perasaan konselor kepada konseli, namun dengan tetap mempertahankan hubungan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H