Mohon tunggu...
Kayla
Kayla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

As a driven learner, I thrive on new knowledge and challenges!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mencari Jodoh di Pasar? Fenomena Unik Pasar Perjodohan di Tiongkok

22 November 2023   05:12 Diperbarui: 22 November 2023   06:24 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Perjodohan di Shanghai. Sumber: https://www.theodmgroup.com/marriage-market-in-shanghai/

Pernahkah Anda membayangkan mencari calon pendamping hidup di pasar sayur atau pasar ikan? Meskipun terdengar tidak lazim, para orang tua di Tiongkok telah melakukan hal tersebut di tempat yang dikenal sebagai "Pasar Perjodohan" atau Marriage Market.

Lantas, apa sebenarnya Marriage Market ini dan mengapa bisa muncul?

Pada tahun 1979, pemerintah Tiongkok menerapkan kebijakan Satu Anak untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun, kebijakan ini berdampak pada jumlah pria yang melampaui wanita dikarenakan preferensi terhadap anak laki-laki. Ditambah lagi, banyak anak muda yang menunda pernikahan akibat disibukkan dengan karir.

Situasi ini melahirkan kecemasan di kalangan orang tua Tiongkok mengenai kesulitan anak mereka menemukan jodoh. Dalam budaya Tiongkok yang sangat menjunjung nilai keluarga, status menikah dan memiliki keturunan menjadi penting. Maka orang tua pun berupaya mencarikan pasangan untuk anak-anak mereka, baik lewat kenalan maupun Pasar Perjodohan.

Berbeda dengan pasar sayur yang memajang sayur-sayuran, di pasar perjodohan, orang tua dapat "memasang iklan" yang berisikan data calon mempelai seperti umur, tinggi badan, pekerjaan, gaji, zodiak, hingga kriteria menantu idaman. Meskipun cara ini terkesan tidak lazim, namun hal itu dilakukan demi kebahagiaan anak di masa depan. 

Menjamurnya pasar perjodohan ini tak lepas dari kuatnya pengaruh orang tua Tiongkok dalam urusan pernikahan sang anak. Mereka sangat peduli terhadap "status menikah" karena dianggap cerminan keberhasilan dalam mendidik anak. Sehingga, di Tiongkok jika sang anak belum juga menikah di usia matang, orang tua pun turun tangan mencarikan jodoh. Hal ini terutama berlaku bagi wanita. Stigma terhadap 'wanita sisa' (剩女), atau wanita yang belum menikah di usia akhir dua puluhan atau lebih masih hidup hingga kini.

Meski cara mencari jodohnya cukup unik dan terbilang kolot, namun tujuan para orang tua sejatinya mulia, yakni demi kebahagiaan sang anak di masa depan. Lewat pasar perjodohan ini pula, nilai luhur mengenai pentingnya ikatan pernikahan tetap terjaga di tengah modernisasi Tiongkok. 

Bagaimana tanggapan Anda terhadap fenomena unik ini? Apakah Anda bersedia mendaftarkan diri atau didaftarkan ke pasar perjodohan demi mendapatkan pendamping secepatnya? Ataukah Anda lebih memilih mencari sendiri pasangan yang klop dengan pilihan dan kriteria Anda? Tak ada pilihan yang salah, selama tujuannya adalah untuk memperoleh kebahagiaan di masa depan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun