Mohon tunggu...
Kayla Azzahrah Salsabila
Kayla Azzahrah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nama saya Kayla Azzahrah Salsabila, biasanya dipanggil Kayla atau Zahra. Saya memiliki hobi menyanyi dan membaca, tetapi saya ada sedikit rasa suka dalam menulis. Saya orangnya sedikit introvert, tapi saya tetap berusaha ramah kok ke banyak orang. Teman saya juga memang hanya beberapa, tapi gapapa yang penting awet. Topik konten yang saya suka, diantaranya Psikologi, Pendidikan, Sastra, Politik, dan Film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Sadar akan Isu Kesetaraan Gender dan Perlindungan Hak Perempuan di Dunia

6 Juli 2023   14:04 Diperbarui: 6 Juli 2023   14:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Isu kesetaraan gender dan hak-hak perempuan pasti sudah tidak asing bagi kita. Isu ini sudah ada sejak lama dan masih belum bisa diperbaiki permasalahannya. Isu yang berkaitan dengan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi merupakan permasalahan besar bagi dunia sampai detik ini. 

     Kesetaraan gender biasanya merujuk pada keseimbangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan (Kementerian PPN, 2022). Kesetaraan gender ini ada demi memenuhi hak dan kewajiban semua gender secara merata. Namun, sayangnya masih banyak sekali kejadian dimana perempuan dilecehkan dan direndahkan derajatnya karena dipandang kaum yang lemah oleh orang-orang. Hal ini dapat ditemui di berbagai tempat, diantaranya sekolah, kantor bahkan tempat umum yang ramai pun kerap kali menjadi sasaran empuk untuk merendahkan kaum perempuan. Memang perempuan secara fisik lebih lemah dibandingkan laki-laki, tetapi apakah menentukan kelemahan seseorang terlebih lagi perempuan hanya dilihat dari fisiknya? Padahal kenyataannya dilihat dari segi yang lain, perempuan merupakan kaum yang kuat. 

     Ada beberapa hal yang hanya perempuan yang mampu melakukannya, salah satunya adalah melahirkan. Mungkin ada beberapa perempuan yang ditakdirkan meninggal setelah melahirkan, tetapi bukankah yang berhasil survive dan lanjut berjuang untuk mengurus anak-anaknya dengan baik setelah melahirkan itu mereka sangatlah kuat? Karena kenyataannya melahirkan merupakan perjuangan antara hidup dan mati. Dalam sains, darah yang hilang melalui proses kelahiran itu sekitar 500ml dan ini sama dengan setengah liter dari badan manusia. Pada umumnya, manusia hanya bisa menanggung rasa sakit sekitar 45 Del, tetapi perempuan yang melahirkan menanggung rasa sakit bahkan sampai 57 Del. Rasa sakit yang dirasakan oleh perempuan yang melahirkan setara dengan patahnya 20 tulang secara bersamaan (Solahuddin, 2021). Bisa dibayangkan betapa hebatnya kaum perempuan karena setelah melahirkan tersebut, banyak dari mereka yang tetap melanjutkan dengan mengurus anak-anaknya sampai dewasa dan beberapa diantaranya ada yang bekerja juga. 

     Perempuan menjadi bagian dari kelompok yang rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Sejauh ini, korban dari kasus yang berkaitan dengan pelanggaran HAM seperti pemerkosaan, perdagangan budak, prostitusi, kerja paksa, dan lainnya, yang terbesar terdapat pada kaum perempuan (Kasmawati, 2017). Di berbagai negara, kasus pelecehan seksual terhadap kaum perempuan pun semakin hari semakin meningkat. Tidak hanya itu, di ranah pekerjaan, perempuan lebih dipersulit dibandingkan dengan laki-laki dalam hal mencapai jabatan yang lebih tinggi. Perempuan dianggap tidak pantas menempati jabatan yang lebih tinggi dari laki-laki. Demi mendapatkan posisi tersebut, perempuan perlu berjuang lebih keras. Kalau di Indonesia sendiri, sejak lama terdapat pendapat mengatakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak. Pendapat seperti ini semakin memperburuk pemikiran orang-orang terhadap kaum perempuan, juga semakin merendahkan derajat perempuan. Padahal, kenyataannya adalah yang seharusnya bisa masak, membersihkan rumah, dan hal-hal semacam itu bukan hanya kaum perempuan, tetapi laki-laki juga harus bisa melakukan hal-hal tersebut karena itu adalah basic atau hal dasar bagi semua orang dalam menjalani kehidupan. Atas segala permasalahan ini, mulailah bermunculan kelompok-kelompok yang membela kaum perempuan dan berusaha untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. 

     Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang membedakan diantara mereka ialah bentuk secara biologis dan juga kodrat perempuan untuk melahirkan dan menyusui, sisanya laki-laki dan perempuan adalah sama. Karena hal tersebut, kelompok pembela kaum perempuan menuntut untuk memperlakukan perempuan secara adil tanpa membeda-bedakan mereka. Bukankah perempuan juga manusia? Sudah sewajarnya orang-orang berhenti mendiskriminasi perempuan dan melakukan penindasan dalam bentuk apapun. Perempuan juga makhluk yang perlu dihargai oleh sesama makhluknya dan itu merupakan salah satu hak dari perempuan yang patut dihormati. Mungkin secara fisik, perempuan cenderung lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Namun, ternyata pekerjaan berat yang biasa dilakukan oleh laki-laki pun sudah banyak perempuan yang mampu melakukannya bahkan dijadikan sebagai pekerjaan tetap. Misal kita ambil contoh yang ada di Indonesia sendiri, di Bali sudah banyak bermunculan perempuan yang menjadikan kuli bangunan sebagai pekerjaannya (Rachminawati, 2000). Kuli bangunan merupakan pekerjaan yang sangat berat, tetapi hebatnya bukan hanya laki-laki yang bisa, perempuan pun juga mampu melakukannya. Hal-hal sekecil membenarkan barang-barang di rumah biasanya laki-laki yang dituntut untuk bisa mengerjakannya, tetapi sekarang perempuan pun dianjurkan untuk mampu mengerjakannya juga. 

     Di zaman sekarang, pekerjaan laki-laki dalam ranah politik seperti presiden, perdana menteri, dan posisi tinggi lainnya pun juga sudah bisa dikerjakan oleh kaum perempuan. Kita ambil contoh dari berbagai negara di dunia, misalnya Ellen Johnson Sirleaf yang menjadi presiden wanita pertama di Afrika, Loretta Lynch yang sebelumnya menjabat menjadi Jaksa Agung di Amerika Serikat, dan Jacinda Ardern yang menjadi perdana menteri di Selandia Baru. Ini baru sebagian, masih banyak lagi contoh perempuan hebat yang berhasil menempati posisi tinggi dalam ranah politik, termasuk di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa perempuan juga merupakan makhluk yang berhak mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi di berbagai bidang pekerjaan di dunia ini. 

     Akan tetapi, kesetaraan gender bukan hanya tentang kaum perempuan, laki-laki juga termasuk di dalamnya. Dalam kehidupan, bukan hanya perempuan yang harus bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, laki-laki juga seharusnya bisa dan memang seperti itu yang benarnya. Laki-laki juga dibutuhkan keterlibatannya dalam isu kesetaraan gender, dan langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengakui hubungan antara perempuan dan laki-laki setara. Dalam permasalahan yang berkaitan dengan HAM, termasuk pelecehan seksual, laki-laki juga banyak yang menjadi korban. Namun, seringkali apabila laki-laki yang menjadi korban, masyarakat suka meremehkan masalah tersebut. Padahal, laki-laki pun juga manusia biasa, makhluk hidup, sama dengan perempuan, dan juga memiliki kelemahan, mengapa malah diremehkan? Justru seharusnya kita memberikan dukungan secara positif kepada mereka. Hal ini yang membuat laki-laki takut dipandang lemah oleh banyak orang. Kegiatan seperti memasak pun bukan hanya perempuan yang melakukannya, tetapi laki-laki pun juga bisa ikut melakukannya karena kegiatan ini bukanlah kegiatan yang memandang gender, semua orang bisa melakukannya. Perasaan seperti sedih dan ingin menangis pun wajar apabila laki-laki memilikinya, perasaan ini adalah perasaan yang manusiawi, semua orang bisa merasakannya. Sejak dulu, laki-laki dituntut untuk kuat bahkan dari saat mereka masih kecil, maka dari itu sampai sekarang, kebanyakan dari laki-laki merasa bahwa dirinya memang harus kuat dan tidak boleh lemah, padahal merasa lemah atau sedih sesekali itu tidak apa-apa. Hal seperti inilah yang bisa merusak cara berpikir banyak orang dan menimbulkan budaya patriarki di dunia. 

     Budaya patriarki merupakan budaya yang merendahkan kaum perempuan. Di dalam budaya ini, orang-orang diajarkan bahwa laki-laki derajatnya lebih tinggi daripada perempuan. Padahal, baik laki-laki maupun perempuan derajatnya itu sama di mata Tuhan, tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Ini yang seharusnya kita semua terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Budaya patriarki ini karena diterapkan dari lama, tanpa disadari terus turun menurun dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya. Budaya ini sebenarnya bukan hanya berdampak buruk bagi perempuan, tetapi juga terhadap kaum laki-laki. Mengapa? Karena dalam budaya ini diajarkan bahwa perempuan itu lemah dan tidak dapat berdiri sendiri, sedangkan laki-laki itu harus kuat. Namun, tidak selamanya perempuan itu lemah dan tidak dapat berdiri sendiri. Banyak diluar sana perempuan-perempuan mandiri, yang sekarang dikenal dengan istilah independent woman, hidupnya tetap berkecukupan dan melakukan berbagai hal juga dengan tangan mereka sendiri, tidak ketergantungan dengan laki-laki, karena hidup mereka tidak selamanya tentang laki-laki. Sudah banyak perempuan mandiri yang menjadi perempuan-perempuan hebat juga diluar sana, hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya perempuan lemah dan tidak dapat berdiri sendiri. Begitu juga sebaliknya, laki-laki tidak selamanya harus selalu kuat. Wajar jika mereka lemah dan membutuhkan bantuan dari orang lain, karena pada dasarnya, laki-laki juga hanyalah manusia biasa, makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Maka dari itu, budaya patriarki ini sebaiknya dihilangkan dari kehidupan masyarakat karena akan merugikan dan memberikan dampak buruk yang besar bagi orang-orang. 

     Kesetaraan gender ini ada untuk memenuhi hak dan kewajiban semua gender secara merata dan tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Perempuan seringkali dianggap lemah, padahal kenyataannya perempuan merupakan makhluk yang kuat. Kekuatan tersebut bisa dilihat dari perjuangan mereka saat melahirkan, menyusui, serta mengurus anak-anak mereka hingga dewasa. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang mengerjakan hal tersebut sambil mencari nafkah juga. Perempuan kerap kali menjadi korban dari pelanggaran HAM. Kasus dari pelanggaran HAM ini korban tertingginya jatuh kepada kaum perempuan. Dalam ranah pekerjaan, perempuan cenderung dibatasi. Mereka seringkali dipersulit saat ingin mendapatkan posisi yang lebih tinggi, hal ini membuat mereka harus berjuang lebih keras lagi demi mendapatkan posisi tersebut. Namun, di zaman sekarang, sudah banyak bermunculan perempuan-perempuan hebat yang mampu melakukan pekerjaan laki-laki, seperti kuli bangunan, dan berpartisipasi dalam dunia politik bahkan hingga menempati posisi yang tinggi, seperti presiden, perdana menteri, jaksa agung, dan lain sebagainya. Ini membuktikan bahwa kaum perempuan sama hebatnya dengan laki-laki. Sejak lama, budaya patriarki sudah ada dan tumbuh bersama di kehidupan masyarakat. Budaya patriarki ini mengajarkan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Padahal, laki-laki dan perempuan sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang membedakan hanyalah bentuk secara biologisnya juga kodrat perempuan yang melahirkan dan menyusui. Nyatanya, budaya patriarki ini memberikan dampak buruk tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga terhadap kaum laki-laki. Laki-laki selalu dituntut untuk menjadi kuat, padahal mereka juga hanyalah manusia biasa seperti perempuan yang tidak selamanya bisa kuat, mereka juga memiliki kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus sadar akan isu kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak perempuan ini untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang .

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun