Mohon tunggu...
Kayla Annazwa Suryadi
Kayla Annazwa Suryadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa aktif prodi Bimbingan dan Konseling, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Fasilitas dan Infrastruktur Sudah Cukup Untuk Mendukung Pendidikan Inklusi di Indonesia?

2 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   14:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan inklusi adalah upaya memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua individu, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Meskipun konsep ini telah diakui dalam berbagai kebijakan pendidikan di Indonesia, implementasinya masih jauh dari harapan. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang mendukung pendidikan inklusi di sekolah maupun perguruan tinggi. Fasilitas yang memadai seperti ramp, lift, alat bantu belajar, hingga lingkungan belajar yang ramah disabilitas menjadi hal krusial dalam mewujudkan pendidikan inklusi. Esai ini akan membahas tantangan tersebut dengan mengacu pada berbagai penelitian dan artikel jurnal yang relevan, sekaligus menawarkan solusi untuk mengatasi permasalahan ini.  

Fasilitas dan infrastruktur memainkan peran penting dalam memastikan terciptanya lingkungan belajar yang inklusif. Aksesibilitas fisik, seperti keberadaan ramp dan lift, memungkinkan siswa dengan keterbatasan mobilitas untuk berpindah tempat dengan nyaman. Alat bantu belajar khusus, seperti perangkat audio untuk siswa dengan gangguan pendengaran atau buku dalam huruf Braille untuk siswa tunanetra, juga sangat penting untuk mendukung pembelajaran mereka. Hanjarwati & Aminah (2014) mengungkapkan bahwa pendidikan inklusi tidak hanya soal menempatkan siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler, tetapi juga memastikan mereka memiliki akses yang setara terhadap fasilitas pendidikan.  

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak sekolah dan kampus di Indonesia belum memiliki fasilitas yang memadai. Masdar et al. (2024) mencatat bahwa dari ribuan sekolah inklusi yang terdaftar, hanya sebagian kecil yang benar-benar memiliki fasilitas ramah disabilitas. Hal ini menunjukkan kesenjangan besar antara kebijakan dan implementasi di lapangan.  
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), ada lebih dari 40.000 sekolah inklusi di Indonesia. Namun, hanya 14,83% yang memiliki sumber daya memadai untuk mendukung kebutuhan anak berkebutuhan khusus (Buletin K-Pin, 2024). Kondisi serupa juga ditemukan di perguruan tinggi, di mana fasilitas untuk mahasiswa berkebutuhan khusus sering kali tidak tersedia atau tidak berfungsi dengan baik.  

Candra (2022) dalam penelitiannya mencatat bahwa banyak sekolah hanya memiliki fasilitas seadanya, seperti ramp yang tidak memenuhi standar kemiringan atau toilet yang tidak ramah disabilitas. Di perguruan tinggi, fasilitas seperti perangkat pendukung belajar untuk tunanetra atau tunarungu sering kali tidak tersedia. Akibatnya, siswa berkebutuhan khusus menghadapi banyak hambatan dalam proses pembelajaran mereka.  

Minimnya fasilitas tidak hanya menghambat aksesibilitas fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. Darma & Rusyidi (2015) menunjukkan bahwa tanpa dukungan fasilitas yang memadai, siswa dengan kebutuhan khusus sering kali merasa terisolasi dan tidak diterima dalam komunitas sekolah. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada motivasi belajar mereka, bahkan hingga menyebabkan putus sekolah.  
Secara psikologis, siswa berkebutuhan khusus juga dapat mengalami tekanan akibat stigma dan diskriminasi yang muncul akibat kurangnya pemahaman lingkungan terhadap kebutuhan mereka. Hal ini sejalan dengan temuan Zahrol (2020), yang mencatat bahwa lingkungan pendidikan yang tidak inklusif dapat menurunkan rasa percaya diri siswa dan membatasi perkembangan potensi mereka.  

Beberapa faktor yang menyebabkan minimnya fasilitas dalam pendidikan inklusi di Indonesia antara lain:  

1. Keterbatasan Anggaran
Banyak institusi pendidikan tidak memiliki anggaran yang cukup untuk membangun atau memperbaiki fasilitas yang ramah disabilitas. Prioritas anggaran sering kali diarahkan pada kebutuhan lain yang dianggap lebih mendesak (Zahrol, 2020).  
2. Kurangnya Pemahaman dan Kesadaran
Masih banyak pihak yang menganggap bahwa pendidikan inklusi hanya sebatas menempatkan siswa berkebutuhan khusus di sekolah reguler tanpa memberikan dukungan yang diperlukan (Syafi’ie, 2014).  
3. Kebijakan yang Tidak Konsisten
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung pendidikan inklusi, implementasinya di tingkat daerah sering kali tidak berjalan optimal. Hanjarwati & Aminah (2014) mencatat bahwa kurangnya pengawasan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu penyebab utama masalah ini.  

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:  

1. Peningkatan Pendanaan

Pemerintah perlu meningkatkan alokasi dana untuk pendidikan inklusi, termasuk untuk pengadaan fasilitas dan alat bantu belajar. Kolaborasi dengan pihak swasta juga dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut (Habibah, 2024).  
2. Pelatihan Guru
Guru perlu diberikan pelatihan khusus agar mampu mengelola kelas inklusi dengan baik. Pelatihan ini mencakup pemahaman terhadap kebutuhan siswa berkebutuhan khusus serta penggunaan alat bantu belajar (Darma & Rusyidi, 2015).  
3. Kampanye Kesadaran
Kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusi dapat membantu mengurangi stigma terhadap siswa berkebutuhan khusus (Hanjarwati & Aminah, 2014).  
4. Penguatan Kebijakan
Pemerintah perlu memperkuat kebijakan pendidikan inklusi dengan memastikan implementasinya di tingkat daerah berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan (Candra, 2022).  
Pendidikan inklusi adalah bagian dari upaya mewujudkan keadilan sosial dalam bidang pendidikan. 

Namun, tanpa fasilitas dan infrastruktur yang memadai, tujuan ini sulit tercapai. Dengan meningkatkan pendanaan, pelatihan, dan kesadaran masyarakat, serta memperkuat kebijakan, diharapkan pendidikan inklusi di Indonesia dapat berkembang lebih baik dan memberikan manfaat yang nyata bagi semua pihak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun