Mohon tunggu...
Kayla Putri Auliah
Kayla Putri Auliah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Arab

hobi: Berenang, menonton, bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandangan ilmu Kalam, adab atau ilmu dulu?

20 Desember 2024   08:17 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:31 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Gus Miftah dan penjual es teh ramai dibicarakan terutama dalam segi etika dimana beliau mengolok-olok seorang penjual es teh dengan kata-kata kasar hal ini telah memicu diskusi luas mengenai pentingnya adab dibandingkan ilmu. Masyarakat berbondong-bondong memposting story Instagram yang berisi "Adab dulu baru ilmu". 

Dalam ilmu kalam, ulama dipandang sebagai pewaris para nabi. Namun, ilmu para ulama tidak akan membawa manfaat jika tidak disertai adab.  Dalam Islam, adab atau akhlak mulia dianggap sebagai fondasi yang harus mendahului ilmu. Tanpa adab, ilmu dapat disalahgunakan dan tidak membawa manfaat bagi masyarakat. Dalam ilmu kalam, konsep adab di atas ilmu menunjukkan bahwa etika, perilaku baik, dan akhlak memiliki kedudukan yang lebih tinggi atau mendahului ilmu. Perspektif ini sering dijelaskan dalam kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhan (habluminallah) dan hubungan antar manusia (habluminannas). Kasus ini menjadi pengingat bahwa seorang pemuka agama harus menjaga sikap dan tutur kata, serta menunjukkan rasa hormat kepada semua kalangan, termasuk mereka yang mungkin dianggap berada di strata sosial yang berbeda. Nabi Muhammad SAW tidak pernah mencontohkan kepada kita cara mendakwah dengan melontarkan kata kasar oleh karena itu sangat tidak pantas bagi pemuka agama mengatakan hal yang kurang baik sebab itu akan menjadi contoh bagi yang lainnya.

Rasulullah SAW bersabda: 

   إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad dan Hakim).

 

Orang berilmu harus memiliki kesadaran bahwa ilmunya adalah amanah dari Allah SWT, sehingga harus dijaga dengan sikap rendah hati, bertakwa, dan mengutamakan adab. Dengan adab yang baik, ilmu akan mendatangkan manfaat dan rahmat bagi pemiliknya dan orang di sekitarnya. Dalam pandangan ilmu kalam, ilmu yang didapat manusia adalah anugerah dari Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu harus digunakan dengan penuh adab, yaitu akhlak yang baik, rendah hati, dan bertujuan untuk kebaikan. Tidak boleh sombong dengan ilmu yang dimiliki. Adab juga sebagai pondasi ilmu, menurut para ulama ilmu tanpa adab akan membawa kerusakan moral dan bisa menimbulkan keburukan. Misalnya, orang berilmu tapi tidak beradab bisa menipu, merusak, atau meremehkan orang lain. Dengan demikian kasus gus miftah bisa menjadi pelajaran bagi kita semua betapa pentingnya mendahulukan adab baru ilmu.


"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13)
Di sini, takwa yang mencakup adab dan akhlak lebih diutamakan daripada sekadar ilmu.

Rasulullah SAW bersabda:
مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ
"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat di timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi)

Sumber :

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad dan Hakim). https://muslim.or.id/46861-memprioritaskan-akhlak-kepada-allah.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun