Kementrian Johnny Plate Ungkap Banyaknya Kasus Penipuan di Tengah Peningkatan Literasi DigitalÂ
Baru-baru ini kementrian Kominfo di bawah Johnny Plate melansir kabar bahagia bagi masyarakat Indonesia. Indeks Literasi Digital Indonesia 2022 meningkat di level "sedang" dengan skor 3,54. Ada kenaikan 0,05 poin jika dibandingkan tahun 2021 yang berada di level 3,49. Data tersebut membuktikan kemampuan masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi digital secara umum semakin membaik dari awal pandemi hingga saat ini.
Beberapa indikator menjadi patokan literasi digital di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture. Digital skills mengukur kecakapakan pengguna internet dalam menggunakan gawai atau komputer, mengecek ulang informasi, mengunggah atau menggunduh data dan lainnya. Digital safety mengukur kemampuan pengguna internet dalam menghapus dan mengidentifikasi virus/spam/malware di komputer atau gawai pribadi, perlindungan data pribadi, kebiasaan mencadangkan data dan lainnya.
Digital ethics mengukur kepekaan pengguna internet saat mengunggah konten tanpa ijin, menghargai privasi di media sosial, berkomentar kasar di media sosial dan lainnya. Terakhir digital culture mengukur kebiasaan pengguna internet seperti mencantumkan nama pengunggah asli atau penulis saat melakukan reposting dan lainnya.
Dari sepuluh provinsi yang didata, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Kalimantan Barat menduduki puncak tertinggi dengan skor 3,64. Direktorat Jenderal Aptika, Semuel Abrijani Pangarepan menyebut hasil survei menjadi pijakan bagi kementriannya dalam melakukan pemetaan target sasaran serta pemetaan kebutuha literasi masyarakat guna menuntaskan program nasional literasi digital.
Kendati demikian, Semuel menyoroti aspek keamanan digital yang rendah yakni di angka 3,12. Makanya banyak masyarakat yang tertipu dan terpedaya oleh orang-orang yang memiliki niatan jahat. Salah satu indikator pilar keamanan digital yakni kemampuan melaporkan penyalahgunaan yang terdapat di jejaring sosial. Data menyebutkan bahwa 58,6% tidak paham mengenai hal tersebut. Para responden juga tidak pernah melaporkan atau melakukan laporan penyalahgunaan.Â
Rendahnya indeks kemanan digital yang tak sebanding tiga pilat lainnya menjadi indikasi bahwa masyarakat belum sadar akan pentingnya perlindungan data pribadi. Hal ini nantinya berpotensi memunculkan penyalahgunaan di dunia siber. Sebagai contih modus penipuan undangan nikah. Pelaku diketahui mengirim tautan link undangan pernikahan yang ternyata memuat aplikasi atau APK.
Ketika calon korban mengklik link tersebut dan mengunduh, maka pelaku mendapatkan akses terhadap SMS. Selanjutnya pelaki dapat mengetahui kode OTP yang masuk ke SMS korban dan menggasak isi rekening korban. Menurut survei, semakin banyak responden yang tidak lagi mencantumkan info pribadi seperti nama anggota keluarga dan berperilaku cukup aman di media sosial. Selain itu responden juga menggunakan sandi huruf-angka-pola untuk membuka HP.
Kendati demikian, lebih dari 69% responden masih menggunakan password yang sama diberbagai akun media sosial dan 61,3% responden membagikan nomor telepon di media sosial. Semoga saja kedepannya kenaikan literasi digital masyarakat juga diimbangi dengan kecakapan pengamanan data. Tentu saja hal ini menjadi PR semua pihak dari pemerintah hingga masyarakat.
Salam Indonesia Maju!
Referensi: