Mohon tunggu...
Shahril Budiman
Shahril Budiman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tanjungpinang-Kepulauan Riau-Indonesia... Negara dan Asal tempatku...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Warna Golkar menuju Pemilu 2014

12 Mei 2013   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua partai politik pasti ingin berjaya dan itu akan dilakukan dengan berbagai cara. dengan aliran demokrasi terbuka saat ini masyarakat tentunya bebas memilih dan tanpa tekanan. Jika saat ini partai-partai di Indonesia diwarnai dengan eks kader Golkar dan mereka berjaya tentunya itu merupakan proses dari selama mereka belajar di "BimBel Golkar".

Ini masalah kesempatan dan kemampuan ABR ketika mampu menapaki KeTum Golkar, toh kenapa yang lain kalah dan toh ini merupakan kompetisi di tingkat elit yang didukung akar umbinya. Nah pertanyaannya apakah ini pilihan keseluruhan tentu kader golakr yang mampu menjawabnya, dan itu tentu membawa pada penilaian secara persepsi "kader" dan "personal.

Kerindangan suatu partai itu bergantung kepada semua elemen partai apakah elit atau kader, fungsionaris, simpatisan yang memberikan feedback. Partai itu seperti "Angkutan Umum" yang harus mengakomodir berbagai "hantaran", dan kita harus memaklumi tidak semua permintaan dapat diantarkan karena sudah ada rutenya.

Ketika partai lain mulai bangkit dengan isu kebijakan dan pandangan politis terhadap pembangunan Indonesia Golkar sebenarnya sudah membuktikan dengan kejayaanya memimpin dan realisasi pembangunan di Indonesia. Meskipun tidak dipungkiri dengan "orde baru" banyak hak politik masyarakat bahkan hak "suara" cebagai "human rights" dikorbankan. Akan tetapi, bila dilihat masyarakat dapat menilai perbandingan kemajuan pembangunan yang dicapai pemerintahan saat ini. Beberapa hal yang baik sebenarnya jangan ditinggalkan seperti model pengambilan kebijakan seperti musyawarah mufakat ketimbang "voting" yang jelas "membunuh" ciri budaya ketimuran masyarakat Asia Tenggara.

Kader golkar yang pindah sebenarnya hal yang biasa dalam bursa transer menjelang kompetisi pemilihan umum 2014 dan ini merupakan kebijakan logis setiap individu terhadap pengembangan diri atau malah merupakan sikap politik kritis terhadap Golkar sendiri untuk dapat lebioh memperhatikan kader dalam ketimbang merebut simpatisan baru. Kecendrungan Golkar dalm warna politik Indonesia sebanrnya masih kuat hal ini ditandai dengan kemangan beberapa kader Golkar dalam beberapa Pemilihan Kepala daerah.

Golkar yang berubah dari organisasi peserta pemilu menjadi partai politik pada dasarnya harus tetap mengedepankan visinya dan begitu juga dengan partai yang lain pada akhirnya. Karena sekuat apapun pikiran partai bila tidak didukung oleh rakyat seperti rongsokan yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun