Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hidayat-Didik Insya Allah Kalah

3 Juni 2012   14:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:26 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilgub DKI tinggal sebulan lagi. Dari semua lembaga survei, yang terkuat hanya dua calon: Foke dan Jokowi. Selisih suara antara dua kandidat itu kurang lebih masih 10-15% untuk keunggulan Foke. Secara nalar, kandidat lain sudah sangat susah untuk mengejar kedua calon itu. Praktis, yang bertanding untuk pilgub DKI hanya dua incumbent di atas. Satu incumbent gubernur, satunya incumbent walikota (Solo).

Banyak yang berharap, terutama masyarakat sosial media, bahwa Hidayat-Didik akan menjadi contender tangguh dan jadi pasangan alternatif. Didukung oleh kader PKS yang biasanya militan, harapan semacam ini terlihat realistis. Hidayat adalah caleg PKS dengan suara terbanyak se-Indonesia (melampaui bilangan pembagi pemilih). Pernah jadi ketua MPR. Dikenal belum korupsi, bersih. Sementara Didik dikenal sebagai profesor bidang ekonomi, tidak neko-neko, dan lurus.

Tapi harapan itu bakal, istilah pelawak Basuki, "wes ewes ewes bablas angine". Terbukti hingga sekarang manuver, isu, dan konsep Hidayat tentang Jakarta lama kelamaan terlihat kedodoran. Tidak secanggih yang dibayangkan oleh banyak orang. Ukurannya gampang. Mari bertanya pada diri sendiri, "Apa yang digagas Hidayat untuk Jakarta?".

Orang kalau mendengar Foke maka yang ada dalam benak pemilih adalah "incumbency"-nya, mapan, sudah teruji. Terlepas dari masalah macet, banjir, korupsi. Orang kalau mendengar Jokowi maka yang terbersit adalah kreativitasnya dalam bikin kebijakan. Kalau Hidayat? Terus terang tidak ada yang melekat kuat dalam cagub ini kecuali sebagai orang yang baik-baik saja.

Jakarta adalah kota dengan warganya yang well-informed, fully-informed. Yang lebih banyak menentukan keputusan pemilih adalah soal isu. Kalau hanya mengandalkan integritas rasanya tidak akan laku. Pemilih punya harapan lebih tinggi dari sekedar figur yang bersih atau religius. Menyadari kelemahan terbesarnya ini, Hidayat lantas lebih menekankan bagaimana orang lain yang menyuarakan dan membanggakan dia. Makanya banyak digeber komunitas, kumpulan, paguyuban di Jakarta, di Solo (daerah asal dia) maupun di luar negeri yang SEOLAH-OLAH bottom-up mendukung Hidayat. Tapi bakal lakukah cara yang demikian? Tidak.

Singkatnya, pendekatan Hidayat maju pilgub ini bagus teorinya, tapi gembos dalam praktek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun