Malem-malem pas minum kopi, saya iseng browsing baca-baca berita. Ada satu berita olahraga yang menarik perhatian saya yaitu soal kesepakatan antara manajemen persija dan persib untuk tidak mengizinkan suporter masing-masing bertandang satu sama lain. Hal ini dikarenakan kekhawatiran akan keamanan suporter itu sendiri dan menghindari bentrok antar suporter.
Masalah rivalitas antara kelompok suporter ini adalah masalah klasik. Sulit ditemukan akar permasalahannya. Menariknya seperti sudah kita ketahui semua, rivalitas ini terjadi antar suporter tim yang berdekatan letaknya. Semisal, Jackmania (persija) vs Viking (Persib) dan Aremania (Arema) Vs Bonek (Persebaya). Namun yang mengherankan, suporter-suporter tersebut berteman/berkoalisi dengan suporter yang letaknya berjauhan. Aremania teman dengan the jak, bonek teman dengan viking, Aremania+the jak musuhan sama bonek + viking. Lucuu juga bayanginnya, dengan suporter tetangga bentrok tapi bikin teman dengan suporter yang jauh lokasinya. Kalo kata orang jawa, “ cedek mambu telek, adoh mambu wangi” (dekat bau tai, jauh berbau harum) itulah gambarannya.
Kalo boleh saya ibaratkan perseteruan itu seperti perseteruan antar tetangga di komplek perumahan. Jika tetangganya punya prestasi atau rejeki, maka sebelahnya nyinyir ato sakit hati. Kalo ketemu di satu forum langsung saling cari gara-gara. Masing-masing mengklaim dirinya paling benar, sedangkan lawannya yang cari gara-gara. Kalau tetangganya kena masalah langsung diungkit kesalahan-kesalahan lainnya, saling memojokkan.
Yel-yel yang dibuat pun kadang berisi cacian, sumpah serapah kepada suporter tetangga. Salah satu petikan yel-yel misalnya seperti ini, “Di neraka yang ada bonek-bonek jan**k” atau seperti ini, “Viking bonek sama saja, asal jangan the jak, the jak itu anj**g”. Bahkan saya membaca di salah satu blog tulisan tentang bapak beranak satu yang mengajak anaknya nonton bola ke stadion. Beliau sangat menyesal telah mengajak anaknya menonton langsung ke stadion karena yel-yel yang dinyanyikan suporter timnya mengandung kata-kata cacian yang kotor. Beliau tidak ingin anaknya meniru hal seperti itu.
Perseteruan antar kelompok suporter ini sepertinya sengaja dipelihara. Buktinya tidak ada upaya/ tidak tampak upaya yang berkesinambungan dari koordinatoor atau pengurus suporter, manajemen klub bola, dan pemerintah daerah untuk meredam konflik ini. Yang ada hanya upaya untuk mengamankan posisinya masing-masing. Seperti kebijakan diatas untuk melarang suporter saling tandang ke stadion lawan, hal itu hanya akan memelihara permusuhan antara kedua belah pihak. Dan akhirnya akan merambat ke urusan2 di luar sepak bola, misalnya sweeping kendaraan pelat B di Bandung, yang hanya akan mencoreng nama baik kota.
Hal nyata yang menurut saya perlu dilakukan agar konflik antar suporter tidak berlanjut dan langsung mengena ke pokok masalah antara lain:
1.Para pemain dari kedua pihak hendaknya menunjukkan simbol-simbol persahabatan ketika bertanding. Misalnya, saling berpelukan ketika selesai pertandingan dan memberi salam bersama-sama kepada suporter. Hal ini akan membuat suporter berpikir dua kali jika akan rusuh.
2.Petinggi dan tokoh-tokoh sepuh antar suporter mengadakan acara bersama, misal makan malam bersama. Dengan demikian akan terjalin komunikasi dan kebersamaan. Selain itu juga diperlukan dukungan dari media untuk menyiarkan kampanye positif seperti ini. Media seringkali menjadi “kompor” dalam konflik antar suporter ini.
3.Dukungan media untuk tidak memanas-manasi berita negatif, dan mencampuradukkan fakta dan opini. Seringkali media berperan penting dalam memelihara konfik ini, yaitu dengan memberitakan berlebihan tentang satu insiden bentrokan misalnya.
4.Dukungan dari kepala daerah dan tokoh-tokoh pemerintahan daerah.
Saya yakin sebenarnya banyak pihak yang menginginkan perdamaian, tetapi tidak kita pungkiri juga ada juga beberapa pihak yang mendapatkan keuntungan dengan konflik suporter ini. Oleh karena itu mari berjuang demi sepakbola indonesia yang lebih baik.
Salam Damai Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H