Mohon tunggu...
katpar dogra
katpar dogra Mohon Tunggu... profesional -

nikmati tulisanku. aku menulis apa yang aku lihat. aku menulis apa yang aku amati. aku menulis karena aku menyukainya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nyontek, Siapa Takut?

16 Maret 2014   03:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak lama lagi akan Ujian Nasional (UN) akan dilaksanakan. Siswa dan guru semakin mempersiapkan diri. Jika ada siswa yang tidak lulus, nama sekolah akan hancur. Sehingga demi menjaga nama sekolah dan seluruh komponennya, jalan apapun akan ditempuh termasuk melakukan kecurangan.

UN hanya mejadi puncak tempat siswa dan guru untuk bermain kotor. Kepala sekolah pun mengambil bagian. UN dijadikan ajang “pembunuhan karakter” oleh para siswa dan guru. Mereka tidak segan-segan untuk merusak jiwa dan moral mereka hanya agar dapat lulus dengan nilai memuaskan.

Terlepas dari masalah UN, para siswa telah terinfeksi suatu penyakit berbahaya. Penyakit itu bernama “nilai”. Siswa sejak awal siswa telah ditanamkan untuk mendapatkan nilai yang tinggi.Hal itu sebenarnya bagus karena secara tidak langsung itu menyatakan bahwa siswa tersebut kompeten dalam mata pelajaran tertentu. Sayangnya, pada praktiknya kita sering melupakan hal sederhana itu. Kita hanya memikirkan bagaimana mendapat nilai yang baik. Mengerti atau tidak tentang mata pelajaran itu adalah urusan keseratus. Yang terpenting adalah ujian dan nilai yang tinggi. Hal ini dijadikan jalan pintas bagi kebanyakan siswa yang lain, termasuk saya yang dulu.

Sekolah bukan lagi menjadi tempat untuk menuntut ilmu demi kemakmuran bangsa kita, melainkan hanya ajang berkumpul para siswa. Sekolah seakan-akan tak lebih hanya sebuah gedung. Gedung yang sama sekali tak memiliki nilai. Tak heran, mengapa sekarang banyak kasus korupsi yang merajalela, para kepala daerah yang memiliki kepala kosong, para dokter yang kerjanya tidak becus, para insinyur yang bodoh, dan para guru yang hanya mengurusi gaji mereka. Sangat disayangkan.

Lalu siapakah yang harus disalahkan? Tidak ada. Jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada yang perlu disalahkan. Menyalahkan seseorang tidak akan membawa solusi bagi negara ini. Yang harus kita pikirkan adalah solusinya. Solusi yang dapat memecahkan masalah berantai ini.

Para guru dan orang tua memegang peranan penting. Guru tidak seharusnya menutup mata terhadap masalah nyontek-menyontek ini. Guru seharusnya menjadi pedoman bagi siswa. Dengan memberikan pengertian kepada siswa. Tak cukup sampai disitu, guru juga harus mendidik bukan hanya sekedar mengajar. Pelajaran tidak seharusnya hanyak diajarkan kepada siswa, namun para siswa juga harus dididik. Tugas selanjutnya bagi guru yaitu untuk menumbuhkan minat belajar dan rasa ingin tahu siswa. Hal itu harus dikerjakan dengan baik sehingga siswa merasa bahwa ilmu yang mereka pelajari itu merupakan suatu kebutuhan bagi mereka, bukan merupakan suatu paksaan. Ilmu menjadi makanan sehari-hari mereka. Belajar dan belajar dengan menyenangkan. Membuat siswa seakan-akan tidak tenang tanpa ilmu mereka.

Orang tua pun memiliki peran penting. Orang tua harus mendorong semangat anak mereka. Janganlah menjadi orang tua yang hanya memikirkan nilai. Orang tua seharusnya menjadi pendorong siswa. Sehingga, siswa akan belajar tanpa ada beban. Belajar dengan bebas dan leluasa tanpa ada tekanan.

Uraian di atas hanya akan menjadi sebuah wacana dan tetap menjadi wacana tanpa adanya komitmen. Mari kita berkomitmen untuk menjunjung nilai-nilai luhur ini. Dengan melakukan perbuatan jujur termasuk jujur dalam ujian akan melatih kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sehingga generasi ke depannya dapat menjadi sangat baik dari pada generasi korup sekarang. Marilah…Marilah…, kita berjuang bersama-sama. Jangan hanya tahu marah melihat banyaknya ketidakjujuran politikus, tapi marilah kita melatih diri kita sejak sekarang agar menjadi manusia yang jujur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun