Sebelum Indonesia merdeka , pemuda Indonesia tak pernah absen dalam perjuangannya untuk tanah air tercinta. Tetapi setelah kemerdekaan berlahan-lahan mulai tenggelam alias hilang ditelan bumi. Setiap issu Nasional seharusnya dunia kmapus aktip berperan untuk memberikan kekuatan pengawasan terhadap lembaga Negara yang sewenang-wenang.
Sepertinya dunia kampus sudah dirasuki paham materialistis alias "tergantung issu menguntungkan". Coba lihat saat RUU Pilkada hendak dikembalikan ke DPRD, terikan atas nama Rakyat menggaung dimana-mana, mungkin ini karena takut kehilangan mata pencaharian, karena dengan sistem pemilihan langsung kalangan kampus dapat menjadi tim sukses bahkan dapat mencalonkan diri dengan mudah.
Berbalik dengan kasus KPK-POLRI saat ini, kalangan kampus diam seribu bahasa. Ada apa dengan Negeri ini, katanya tidak mau kembali ke jaman Orde Baru... mana perjuanganmu.....kawan!!! atau jangan-jangan takut juga jadi tersangka.
Konplik KPK-POLRI telah meberikan tontonan yang maha seru dan Rakyat kecilpun tahu mana yang salah dan benar. Tetapi lagi...lagi kita tidak dapat berbuat apa2, rasa nasionalisme sudah luntur ketika Negara mulai sembuh dari penyakitnya. Tetapi Negara belum sembuh sang dukun lebih duluan kena penyakit santet.
Munkin benar pepatah orang tua "Tak semua anak nasibnya musur" mungkin juga tak semua negara mampu memberantas korupsi seperti negeri tiongkok. Haruka Indonesia menjadi contoh yang gagal memberangus korupsinya. Walllahu Alam......salam senasib sepenanggungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H