Petani zaman dulu dengan petani zaman sekarang mempunyai cara kerja yang berbeda. Demikian pula cara berpikir pun sangat berbeda. Dulu Kakek saya pernah berkata demikian: "petani zaman dulu sebelum membuka lahan baru selalu melaksanakan acara adat untuk meminta restu dari Tuhan melalui nenek moyang yang sudah meninggal. Dengan demikian petani zaman dulu itu bekerja dan berpikir untuk hidup sampai tujuh, sepuluh bahkan seratus turunan. Tetapi petani zaman sekarang bekerja dan berpikir hanya untuk hidup satu dua hari dan setahun saja."
Mengapa demikian? Petani zaman dulu membuka lahan baru untuk membuat petak sawah atau menanam tanaman perdagangan (seperti kopi, coklat, kemiri, dll) dan juga pisang serta tanaman lainnya. Petani zaman sekarang mengubah sawah yang sudah ada untuk menanam pisang, sayur dll bahkan yang lebih menakjubkan lagi membabat tanaman yang sudah ditanam untuk menanam tanaman yang baru seperti babat coklat untuk tanam porang atau babat kopi tanam cengkeh dan babat kemiri untuk tanam vanili.
Petani zaman sekarang lebih cendrung untuk mengganti tanaman yang sudah ada demi tanaman yang harganya lagi booming di pasaran. Pada dasarnya mereka tidak tahu berapa tahun harganya melonjak sepert itu. Mereka tidak mencari lahan baru untuk menanam tanaman yang baru seperti para petani zaman dulu.
Inilah kelemahan petani zaman sekarang. Saat ini tanaman yang lagi booming adalah porang. Kebanyakan petani menanam porang bukan di lahan yang baru. Mereka menanam di lahan yang sudah ada tanamannya. Hal ini terkadang menghambat pertumbuhan baik porang itu sendiri maupun tanaman lainnya. Bahkan ada yang membabat kopi, coklat, kemiri untuk menanam porang.
Porang itu tidak bisa bertahan seperti kopi, coklat, kemiri. Porang ada masanya akan punah tetapi kopi, coklat, kemiri tidak akan punah karena sudah terbukti bertahan sampai saat ini. Kalau dihitung masa pertumbuhahnya kopi, coklat, kemiri itu sudah berabad-abad sedangkan porang belum setahun.
Setelah saya melihat dan mengalami kehidupan petani saat ini, maka benar apa yang dikatakan Kakek saya itu. Bahwa petani zaman sekarang lebih menyukai tanaman pertanian yang instan bukan yang tahan lama. Mereka lebih memilih tanaman yang hanya booming harganya setahun dua tahun saja.
Dari pengalaman ini petani zaman dulu lebih berpikir untuk hidup seribu tahun bahkan hidup selamanya. Dengan demikian mereka selalu membuka lahan baru untuk menanam jenis tanaman tertentu. Mereka ingat betul akan anak cucu cece buyut. Mereka tidak hanya ingat diri atau bersikap egois.
Mari kita petani zaman sekarang untuk selalu belajar dan belajar dari petani zaman dulu. Yang kita belajar adalan bagaimana cara berpikir dan bekerja mereka yang tidak egois. Cara berpikir dan bekerja mereka yang ingat akan hidup seribu tahun bahkan hidup selamanya. Ketika kita melupakan cara pikir dan cara kerja mereka maka kita akan terhanyut dalam sikap dan kerja babat membabat. Kita lupa untuk menanam dan menanam. Dan jangan lupa meminta restu dari Tuhan Sang Pemilik bumi air dan segala yang ada di atasnya.
Salam sehat......
Borong, 19-02-2021
Penulis: Konstantinus Helda Mbolang