Mohon tunggu...
Katherine Kat
Katherine Kat Mohon Tunggu... Freelancer - Wife, Mom & Self-employed

Tinggal di Toorak, VIC dan Jawa Tengah, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Primitif dan Mainannya

15 April 2014   05:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Knalpot ngebass dengan suara memekakkan telinga, memainkan gas atau mendahului kendaraan lain di tikungan mungkin merupakan tontonan menarik ketika dilakukan di ajang balap mobil atau motor resmi. Maka ketika ajang Formula 1 atau MotoGP misalnya, didominasi oleh tim atau pembalap tertentu penonton pun merasa bahwa perlombaan tersebut menjadi membosankan. Atau ketika regulasi FIA memaksa mobil-mobil Formula 1 menggunakan mesin V6, penonton pun merasa kecewa karena suara mesinnya tidak seberisik mesin V8.

Namun arena balap dan kondisi jalanan sehari-hari adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Membaca tulisan Pak Tjiptadinata Effendi yang berjudul Membandingkan Cara Pengemudi Mengaplikasikan Zebra Cross beberapa hari lalu mengingatkan saya pada kondisi lalu lintas dan perilaku pengendara kendaraan bermotor di Indonesia yang memang tidak menjadi lebih beradab dari waktu ke waktu.

Pada tulisannya, Tjiptadinata Effendi sudah cukup gamblang menyoroti perilaku pengendara kendaraan bermotor di Indonesia dalam mengaplikasikan Zebra Cross. Meski dari situ saja sudah tampak betapa buruknya perilaku pengemudi di Indonesia, sayangnya kondisi tersebut hanyalah satu dari banyak penyimpangan perilaku pengemudi lainnya di negeri ini.

Jujur saja saya selalu terheran-heran dengan trend knalpot ngebass baik pada kendaraan roda dua maupun roda empat yang seingat saya sudah ada sejak saya duduk di bangku SMA sekitar dua puluh tahun yang lalu hingga detik ini.

[caption id="attachment_331703" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: www.visordown.com"][/caption]

Pada satu sisi saya mencoba memahami bahwa tentunya para pemilik kendaraan roda dua maupun roda empat memiliki preferensi dan ekspektasi pribadi mengenai kendaraan seperti apa yang mereka anggap ideal. Hal itu sah-sah saja, namun di sisi lain saya tak mampu memahami bagaimana seseorang bisa acuh terhadap efek negatif yang mungkin ditimbulkannya dari suatu kesenangan pribadi.

Mungkin di kalangan pecinta roda dua maupun roda empat suara ngebass yang dihasilkan oleh knalpot itu dianggap “empuk”. Namun faktanya orang lain tidak merasa demikian, knalpot non standar tersebut terasa sangat mengganggu telinga, mengganggu ketenangan.
Belum lagi jika pemiliknya masih memainkan gas ketika mengendarainya di jalanan, tak jarang juga mereka ini bersikap tak egois dengan memainkan gas di sekitar perumahan tanpa terpikir bahwa bisa jadi salah satu penghuni di lingkungan tersebut menderita penyakit jantung misalnya, atau sangat membutuhkan istirahat, atau bahkan mungkin ada orang tua yang sedang menidurkan anaknya.

Layakkah kesenangan seseorang dibayar dengan penderitaan orang lain? Apakah pernah sedikit saja terbesit dalam pikiran mereka akn hal-hal tersebut?

Perilaku menyimpang lainnya yang dilakukan oleh pengemudi terutama pengendara sepeda motor atau roda dua adalah mendahului kendaraan lain di tikungan. Tak hanya dilakukan oleh anak-anak muda, tak jarang ibu-ibu atau bapak-bapak pun dengan wajah tak bersalah begitu saja memotong dan mendahului kendaraan lain di tikungan.
Entah karena terlalu sering nonton MotoGP dan tak mampu memisahkan antara perilaku di sirkuit dengan perilaku di jalanan atau memang benar-benar tidak tahu. Tentu saya tak bisa memastikannya, yang pasti adalah perilaku tersebut sangatlah mengganggu dan membahayakan.

Belum lagi jika sambil ber SMS ria di jalanan, salah satu perilaku terbodoh yang dilakukan umat manusia sepanjang sejarah di mata saya. Sebenarnya apa susahnya menepikan kendaraan untuk membaca dan membalas SMS jika memang SMS tersebut sangat penting untuk segera dibaca dan dibalas? Kenapa harus meresikokan diri sendiri dan terlebih orang lain dengan sikap yang sedemikian bodoh?

[caption id="attachment_331704" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: hooniverse.com"]

pig-ignorant
pig-ignorant
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun