Hai! Hai! Hai Sobat Kompasiana!
Kata apa yang pertama kali akan kalian ucapkan jika saya mengatakan klub motor? Saya sedikit penasaran dengan pandangan Sobat-sobat kompasiana  tetang klub motor.
Ya memang benar pandangan setiap orang itu berbeda-beda. Tetapi untuk saat ini menurut Saya, banyak masyarakat masih kurang respect terhadap keberadaan komunitas atau klub motor ini. Keberadaan klub motor biasanya sering dihubungkan dengan hal-hal negatif dan selalu mencari-cari masalah di jalanan.  Kebiasaan yang diamati ini itulah yang kemudian dinamakan budaya.
Kita sebagai makhluk sosial terikat dengan budaya tempat kita tinggal. Sobat mungkin bertanya, "bagaimana dengan budaya dari luar?" Meskipun budaya tersebut bersumber dari luar kita, tetapi budaya masuk kedalam diri kita melalui  telinga dan mata.
Perlu Sobat pahami bahwa budaya akan selalu melekat dengan diri kita masing-masing. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam keseharian merupakan produk yang dihasilkan dari budaya itu. Setiap insan memiliki background budaya yang berbeda-beda. Faktor perbedaan ini timbul karena setiap kita lahir dari kebiasaan atau tradisi keluarga yang berbeda. Selain keluarga, faktor lingkungan tempat kita tinggal juga turut serta membentuk budaya dalam diri kita.
Akan tetapi, tanpa Sobat sadari ada budaya yang dijadikan acuan bagi sobat sekalian dalam memandang suatu hal. Ini yang disebut budaya popular.
Mengenal Budaya Populer
Budaya ini menjadi salah satu budaya yang bersinggungan secara langsung dengan banyak aspek dalam kehidupan kita sehari-hari. Dikatakan bahwa budaya popular merupakan budaya yang diminati masyarakat luas (Storey: 2015). Hal ini dikarenakan budaya popular menjadi budaya yang dominan ditengah kehidupan masyarakat. Sebagai "budaya rakyat" budaya popular dapat dicontohkan seperti budaya makan, penggunaan bahasa gaul, adat istiadat dan lain sebagainya.
Sobat yang budiman, sebagai manusia yang tumbuh ditengah keberagaman tentu masing-masing kita memiliki gagasan yang berbeda dalam menilai hal tertentu. Sehingga tidak heran apabila ada orang-orang tertentu yang merasa tidak menemukan diri (mereka) dalam budaya masyarakat pada umumnya.
Dari masalah seperti inilah kemudian lahir subkultur.Â
Subkultur
Dalam subkultur, seseorang memperoleh dirinya bukan dengan cara memproduksi sesuatu yang benar-benar unik dan spesifik dari dalam dirinya sendiri (untuk dirinya). Melainkan mengadopsi dan melakukan adaptasi diri dengan mengangkat budaya yang datang dari luar. Dimana budaya dominan menekan atau tidak mentolerir adanya perbedaan, maka disitulah adanya kencenderungan subkultur terbentuk.