Letupan kegembiraan mewarnai kunjungan saya ke Dufan pada Rabu, 16/4/2015 lalu. Tidak pernah terbayangkan oleh saya suasananya jadi jauh lebih ceria dari dua kunjungan saya beberapa tahun sebelumnya. Menjumpai kembali wahana ekstrem yang belum pernah berhasil saya taklukkan (Tornado & Histeria), dan mengobati rindu pada wahana yang selalu saya favoritkan (Bianglala), menjadi alasan atas tujuan saya ke Dufan kali ini. Ada kenangan istimewa tentang Dufan yang sampai kini masih saya ingat betul. Tahun 1999, saat tante saya baru sehari menikah di Jakarta, ia mengajak keluarga besar kami dari Palembang dan keluarga besar suaminya dari Jawa Tengah, berlibur bersama. Hari di mana seharusnya sang pengantin baru pergi honeymoon di tempat nan jauh, menyepi, dan hanya berdua saja, justru memilih untuk berlibur di Dufan. Katanya, Dufan tempat yang tepat untuk semua keluarga saling #gandengtangan, bersama-sama menikmati keceriaan.
Selamat datang di Dufan 16 tahun berlalu sejak kisah sang pengantin berlibur bersama seluruh keluarga besar, kini saya kembali ke Dufan dengan cerita yang berbeda. Datang bersama pasangan hidup saya, membawa sekeranjang bahagia yang siap ditularkan kepada siapa saja yang ingin merasakan #liburanserudiDufan. Kami tiba di Ancol saat sang raja siang tepat berada di atas kepala. Yang diharap tentu saja semoga tidak ada kepadatan antrian di gerbang masuk Ancol. Harapan terkabul, setelah membayar tiket masuk Rp 25.000 / orang dan Rp 20.000 / mobil, kami memasuki kawasan Ancol dengan lancar dan mudah. Berhubung sudah memasuki waktu salat Dzuhur, kami mampir ke masjid Baiturahman, masjid besar dengan fasilitas yang sangat memadai. Hendak bersenang-senang, rasanya akan sangat tenang kalau ibadah didahulukan. Di dalam Dufan pun sebenarnya tersedia banyak musola, lengkap dengan toilet dan tempat wudhu. Jadi, bagi umat muslim, tidak perlu khawatir ketika mencari tempat untuk salat.
Ini petunjuk arah ke musola. Mudah kan?
Ini salah satu musola di Dufan, bersih dan nyaman Area parkir pengunjung Dufan luas. Letaknya pun dekat dengan pintu masuk Dufan. Saya lega, karena tidak perlu berjalan jauh. Di tempat pembelian tiket, keramaian pengunjung mulai terlihat. Padahal hari Rabu, bukan akhir pekan. Sempat menerka, jangan-jangan antrian tiket juga ramai. Ternyata terlihat biasa. Tapi, kita lihat saja nanti saat di dalam, benar-benar sepi atau justru sebaliknya. Setelah membayar tiket masuk Rp 190.000 /orang, kami memasuki Dufan. Di akhir pekan, harga tiket menjadi Rp 280.000 / orang. Dengan harga tersebut, pengunjung bebas menggunakan semua wahana permainan yang ada. Untuk penggunaan musola dan toilet semuanya gratis, kecuali jika ingin mendapatkan aneka souvenir, makanan dan minuman yang dijual di kios-kios milik Dufan, mesti bayar.
Jangan lupa beli tiket dulu :D
Ini tiket Dufan kami ^_^ Setelah melewati tempat pengecekan tiket masuk, saya mulai bertanya-tanya dalam hati: Hendak ke mana dan mencoba apa? #IniDufanKami. Semua wahana permainan boleh kami coba. Ya, saya tahu, wahana Dufan sangat beragam, diperuntukkan mulai untuk anak-anak hingga dewasa. Ada lebih dari 26 aktifitas yang bisa dilakukan di sini, mulai dari kategori children rides, thrill ride, family ride, hingga water ride semua ada. Selama berada di sini, kami pun bebas hendak bermain apa saja (asalkan sesuai syarat usia pengguna wahana).
Hore....saya di Dufan Tapi tunggu dulu, kunjungan kami kali ini mungkin akan berbeda dari kunjungan-kunjungan sebelumnya. Jadi, kami tak berniat hendak mencoba apapun, hanya ingin berkeliling. Sekedar jalan-jalan, melihat-lihat, sambil jajan-jajan, dan menyaksikan gelak tawa, canda ceria, bahkan histeria pengunjung tatkala mencoba wahana permainan yang sangat kuat memicu adrenalin. Jadi, bukan tak ada yang menarik, justru sangat banyak yang menarik di sini. Namun, kali ini kami ingin menikmati semua itu hanya dengan bersantai-santai. Apakah ini akan menyenangkan? Tentu saja. Apakah benar tak ingin mencoba? Mari kita lihat. “Itu Turangga Rangga, kita lihat dari dekat, yuk…,” ajak bojoku #sambilmenggandengerattanganku. Turangga Rangga, wahana pertama yang kami jumpai setelah melewati pintu masuk wahana Dufan. Sebuah wahana klasik yang menjadi salah satu ikon permainan Dufan. Tidak lengkap datang ke Dufan tanpa mencoba wahana yang satu ini. Tergiur untuk mencoba? Ternyata iya!
Turangga-Rangga, salah satu icon permainan Dufan
#sambilmenggandengerattanganku Dulu, pertama kali mencoba Turangga Rangga pada tahun 1999. Yang kedua tahun 2009. Sekarang, ketika mencobanya lagi, sensasinya masih sama. Santai, namun asyik dan menyenangkan. Ada romantisme masa kanak-kanak yang tercipta kala duduk di salah satu dari 40 ekor kudanya. Bedanya, kali ini saya menaikinya di siang hari. Dulu, petang jelang malam, saat ribuan lampu di wahana ini terang menyala, rasanya berada di tempat paling terang di dunia. Dan itu tidak keliru, sebab tempat ini memang jadi tempat paling benderang di Dufan. “Asyik, Ma, asyiiiiik…,” seru gadis kecil di belakang kami. Ia mengulurkan tangan ke ibunya. Sang ibu menyambut tangan tersebut. Gadis kecil itu tersenyum-senyum senang. Saya dan mas berpandangan menyaksikannya. Betapa gembiranya ia.
Mau ke mana saja mudah. Ada banyak signboard. Tinggal ikuti saja.
Bumper cars di Kawasan Kalila Dari Turangga-Rangga kami pindah ke Kawasan Kalila. Semua wahana di kawasan ini diperuntukkan untuk anak-anak. Kami melihat Ubanga-Banga, wahana mobil senggol yang disebut juga Kiddies Bumper Cars. Wahana satu ini wajib dicoba oleh anak-anak. Saat itu, ada sekitar 5-6 anak sedang bermain. Sementara, orang tuanya berdiri di luar, menyaksikan dari balik pagar pembatas. Teringat dulu, saya pernah bermain bumper cars di wahana Baku Toki. Salip-salipan, tabrak-tabrakan, seru! Sampai saat waktunya habis, saya rela antri untuk main lagi hehe. Sekarang, jadi penonton saja, menikmati menyaksikan anak-anak kecil girang ‘menyetir’ sambil dadah-dadah kepada ayah ibunya yang menonton di pinggir wahana. Dari Kiddie bumper cars, kami pindah ke area lain, menuju Ice Age Arctic Adventure. Melewati dua kios souvenir yang product-productnya menggoda untuk di lihat dan dibeli. Hmm…beli nggak ya? Ah, nanti saja saat selesai berkeliling.
Antrian wahana Ice Age Arctic Adventure mengulaaaaar
Ayo, telan saya kalau berani! :)) Di depan wahana Ice Age Arctic Adventure, terlihat antrian mengular sejak dari pintu masuk wahana sampai jauh di sepanjang tembok luar wahana. Wow! Begitu ramai peminat karakter Sid, Diego, Manny, dan Scrat dalam film Ice Age produksi 20th Century Fox yang ingin bertemu secara langsung. Ya, di wahana hasil kerjasama 20th Century Fox Consumer Product-Amerika dan 3DBA- Eropa itu, pengunjung dapat merasakan proses pencairan es di kutub utara persis seperti yang diceritakan dalam ke 4 seri film Ice Age. Sebuah petualangan yang dikemas dalam konsep dark ride dan diramaikan oleh berbagai efek spesial dan juga teknologi canggih yang penuh dengan kejutan, membuat pengunjung rela antri panjang. Tentu pengalaman yang menyenangkan bisa merasakan petualangan Ice Age sepanjang 365 m itu.
Bersantai di atas Bianglala asyik bangeeet
Bianglala masih jadi wahana favorit setiap ke Dufan Di dekat wahana Ice Age ada Bianglala. Dua kali ke Dufan, saya selalu menikmati kincir besar satu ini. Dibawa naik ke ketinggian ± 30 meter dpl itu sensasinya luar biasa. Meski saya takut ketinggian, tetapi pemandangan pantai yang terlihat dari ketinggian kincir ternyata mampu mengenyahkan rasa takut. Dulu pernah satu kali naik kincir saat sore, sensasinya lebih terasa karena dapat menikmati romantisme terbenamnya matahari di antara gemerlap lampu-lampu kawasan Ancol. Dari Bianglala kami menuju wahana Kora-Kora yang ada di sebelahnya. Antrian pengunjung juga terlihat panjang. Sementara, di atas perahu kora-kora yang mulai terayun, beberapa wajah terlihat masih sumringah. Selang berapa lama, ketika ayunan makin tinggi, mulai terdengar teriakan : “aaaaaaaaaaaaaaa…” begitu berulang-ulang.
Paling serem dari Kora Kora saat diayun setinggi ini
Aaaaaaaaahhhhhh...... Selama perahu terayun-ayun tinggi hingga kemiringan 90°, sekitar 50-an orang di atas perahu itu ada yang menutup wajah dengan kedua tangan, ada yang mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, ada pula yang terpejam sambil berteriak dan memegang kepalanya. Menyaksikan itu semua, saya terbahak. Sebenarnya, lucu mentertawakan orang ketakutan, karena dulu saya pernah di posisi itu. Duduk di ujung perahu Kora-Kora, tempat paling seram. Saat terayun, posisi badan seperti berdiri, jantung seperti copot, dan rasanya makin copot jika tidak berteriak. Selesai berteriak, ada perasaan malu dengan pengunjung di kiri, kanan, depan dan belakang. Merasa seolah paling kencang berteriak, padahal yang lain juga sama. Saya sebetulnya tidak berani tapi penasaran. Penasaran tapi ngeri. Ngeri tapi bahagia sesudahnya. Aneh. Wahana Kora-Kora ini sudah ada di Dufan sejak pertama kali Dufan diresmikan. Masih jadi wahana favorit saya. Meski kali ini saya tidak mencobanya, tapi saya puas menyaksikan orang lain menikmatinya.
Kios jajan di dalam Dufan ada di mana-mana
Haus atau lapar, nggak perlu bingung, banyak yang jual Dari Kora-Kora kami langsung menuju wahana Histeria. Oh ya, di dekat Kora-Kora ini ada wahana Gajah Bledug, Perang Bintang, dan Halilintar. Tahun 2008 saya sudah pernah mencoba ketiga wahana itu. Halilintar pernah menjadi wahana paling menakutkan buat saya. Merasakan meniti lintasan panjang, menanjak, menurun, dan menikung, lalu meluncur sangat cepat, membuat badan seperti tertinggal di belakang. Tak ayal teriakan kencang pun terdengar. Itu pula yang bisa saya lihat hari ini. Dan saya, kembali terpingkal, seolah mentertawakan diri sendiri. “Berani nggak naik Histeria?” tanya bojoku. Pertanyaan menantang, dan saya merasa tertantang. Inilah wahana yang belum pernah berani untuk saya taklukkan. Tahun 2008, saya mundur teratur saat sudah dalam antrian. Melejit cepat ke atas hingga ke ketinggian 60 meter selama 4 detik, dilontarkan tiba-tiba ke udara dengan kecepatan 4x gaya gravitasi, di menara tegak lurus pula, membuat nyali saya menciut. Sungguh, padahal itu baru melihatnya, bagaimana jika benar-benar mencoba? “Serem, tapi asyik, lho,” ujar petugas penjaga antrian Histeria. “Beneran?” tanya saya berulang-ulang, berusaha meyakinkan diri bahwa itu memang benar asyik. Saya lihat sendiri, di antara pengunjung yang sudah mencoba, ada yang antri lagi, ingin naik lagi. Astagaaa….padahal saya lihat tadi dia menjerit-jerit ketakutan, eh sekarang mau mencoba lagi. Ternyata benar ya, seseram apapun permainannya, setakut apapun rasanya, tetap berakhir dengan bahagia dan penasaran ingin mengulanginya lagi. Asyik!
Cek tinggi badan dan lain-lain dulu sebelum naik Histeria Wahana ‘super’ seram ini mempunyai banyak syarat untuk ikut serta, salah satunya tinggi badan. Semua syarat itu gunanya untuk keselamatan, jadi wajar dilarang naik jika tidak memenuhi syarat. Penasaran ingin tahu apakah saya mencoba permainan ini atau tidak? Ya, saya akhirnya mencobanya. Urung deh ya sekedar melihat-lihat saja. Hehe. Setelah di dorong dan disemangati terus menerus, keberanian itu muncul. Apalagi saya ditemani, jadi makin berani. Namun, saya tetap deg-degan dan gemetaran saat mulai duduk di bangku Histeria. Ketika mulai bergerak naik, saya pun mulai memejamkan mata. Saat bangku melesat cepat ke atas, seketika itu juga nyawa seperti tertinggal di bawah, dan saya terlontar ke puncak menara hanya dengan raga saja.
Siap-siap untuk histeris di Histeria Kengerian amat sangat membuat saya hanya bisa berteriak “Aaaaaaaaaaaaaaaaa..” Karena tak sedetik pun saya membuka mata, saya melewatkan pemandangan nan indah di atas menara. Bagaimana saya berani membuka mata, sedang berdiri di ketinggian 5 meter (di tempat terbuka) saja rasanya dengkul seperti patah, apalagi 60 meter seperti Histeria ini. Benar-benar seperti namanya, Histeria, itulah yang saya rasakan saat itu. Kapok? Entahlah. Sesaat saya memang merasa kapok, tapi sesaat kemudian saya justru penasaran! Akhirnya saya berseru: “Saya mau lagi!” Hahaha. “Istirahat saja dulu, minum-minum dulu.” Ucapan bojoku benar, saya pun duduk, menenangkan diri. Karena tadi sudah mencoba, ditonton orang, sekarang giliran saya menonton orang lain duduk di kursi terdakwa Histeria hehe. Wajah-wajah tegang, cengengesan, bahkan datar tanpa ekspresi, terlihat di wajah-wajah penumpang histeria. Mungkin wajah saya tadi juga demikian.
Menara Histeria setinggi 60m! Ekstrem! Saat bangku melesat, jeritan itu mulai terdengar. Kaki yang bergerak-gerak tak mau diam seolah berontak, mata yang terpejam, serta teriakan histeris, sungguh lucu! Dan saya kembali mentertawakan pemandangan itu. Lagi-lagi, saya seperti mentertawakan diri sendiri. Sebab, beberapa menit sebelumnya, saya juga seperti itu. Dari Histeria, kami menuju wahana Tornado, melewati wahana Treasureland Temple of Fire, tempat pertunjukkan yang di lengkapi berbagai teknologi dan special effect seperti tembakan, ledakan, api, air dan bola batu raksasa. Karena saat itu belum dibuka, petualangan penyelamatan harta karun suku Maya Inca yang tersimpan di dalam Temple of Fire ini kami lewati dulu.
Haus? Lapar? Tenang, ada Super Resto di dalam Dufan. Sebelum mendekati area Tornado, kami mengaso sejenak di Super Resto sambil menikmati beberapa makanan dan minuman. Di Dufan, memang banyak sekali tempat jajan. Jadi, kalau merasa lapar dan merasa haus, pilihannya banyak. Tidak perlu keluar Dufan lagi untuk sekedar makan dan minum. Sebentar lagi Tornado akan diaktifkan. Kami bergegas mencari tempat duduk di bagian depan. Niatnya untuk menonton. Seperti apa wajah para penumpang yang duduk dengan berjajar dan saling membelakangi? Tegang! Hehe. Ketegangan itu tergambar jelas di wajah mereka. Lantas, bagaimana keadaan orang-orang itu saat duduk dengan posisi terbalik, dijungkirbalikkan di atas udara, berhenti, lalu digerakkan lagi dengan sangat dahsyatnya?
Di jungkirbalikan di Tornado
Di putar-putar di Tornado Huaaaaa……Ternyata super seru! Seru seramnya, seru teriaknya, seru segalanya! Saya yang cuma nonton saja bisa merasakan sensasi seperti apa yang dirasakan ketika berada dalam pusaran angin puting beliung alias tornado, apalagi mereka yang jadi penumpangnya? Tubuh penumpang dibuat jungkir balik, diputar, dibanting, hingga meluncur dengan cepat. Saya bisa bayangkan betapa ngerinya keadaan itu. Saya yang melihat mereka dari bawah saja ngeri, apalagi mereka yang berada di ketinggian saat melihat tanah di bawah? Mungkin rasanya seperti mau jatuh. Merasakan naik menara Histeria tegak lurus saja seolah mau jatuh, apalagi dijungkir balik dan ditahan beberapa detik dengan posisi badan terbalik? Wow…benar-benar harus menyiapkan mental untuk naik wahana satu ini.
Tornado, bagai masuk ke pusaran beliung
Aaaaaaaaaaaaaahhh...
Efek digulung tornado: Ngeri, Senang, Bahagia, Penasaran :)) Dan lagi-lagi, kali ini saya gagal mencoba Tornado. Nyali saya benar-benar menciut. Hahaha. Ya…biarlah saya mencobanya di lain waktu. Sampai mental saya benar-benar meraksasa, saya pasti akan ke sini lagi, mencoba Tornado. Tornado memang jadi puncak dari segala wahana uji nyali. Meski sekedar melihat, namun kepuasan menyaksikan keberanian penumpang digulung Tornado, sangat terasa. Acara jalan-jalan keliling Dufan tetap berlanjut. Kami melihat Istana Boneka, melintasi wahana-wahana lainnya yang tak kalah menarik. Lorong Sesat, Villa Victoria, Rango Rango (tilt house), Grist Mill, Outlet Wild West, Kafe, dan Niagara-Gara.
Istana Boneka
Niagara-Gara
Bersantai di Dufan
Toko Souvenir Duffan
Aneka oleh-oleh Dufan
Villa Victoria Demikianlah pengalaman terbaru saya di Dufan. #IniDufanKami, apapun wahana dan sensasi yang ditimbulkannya, nggak bakalan bete. Apalagi bersama pasangan, keluarga, atau pun teman. Teriak-teriak dan seru-seruan bareng itu sangat menyenangkan. Naik wahana apapun jadi lebih mengasyikan. Di sini, tak ada wahana yang membosankan untuk dicoba, justru senantiasa memancing untuk mencoba lagi, lagi, dan lagi. Ungkapan kapok naik wahana-wahana ekstrimnya, hanyalah ucapan sesaat, sebab setelah itu terbit lagi niat untuk mengulanginya lagi pada kunjungan berikutnya.
Dufan #gandengtangan
#sambilmenggandengerattanganku
Semua gandeng tangan di Dufan ^_^ Dufan adalah tempat berlibur yang benar-benar #neverendingfun. Entah untuk sekedar menyaksikan orang-orang beraktifitas, terlebih saat ikut beraktifitas. Imajinasi, ekspresi, edukasi, dan emosi, semua berpadu jadi satu. Penasaran wahana apa saja yang bisa dicoba dan dinikmati di Dufan? Silakan klik website Dufan ini, ada banyak informasi detail di dalamnya --> Dufan Ancol, Beyond Imagination.
#IniDufanKami
#LiburanSerudiDufan
Dufan #GandengTangan Selalu ada alasan untuk datang lagi ke Dufan. Kegembiraan dan kepuasan berlibur, serta keamanan dan kenyamanan wahana yang selalu terjamin, menjadi faktor utama kenapa saya masih ingin datang lagi ke Dufan di waktu-waktu yang akan datang. Menikmati #LiburanSerudiDufan, membuat segala penat rutinitas pecah dan terganti oleh kenangan menakjubkan bersama orang terkasih. Ayo gandeng #GandengTangan di Dufan.
Dufan #Neverendingfun (*) *Semua foto dokumentasi pribadi. Diambil dengan kamera Canon EOS 7D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya