Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yuk Kita Perang. . .

2 September 2010   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya lebih memilih berperang melawan diri sendiri daripada berperang melawan orang lain!

* + * + *

Saat kita memilih berperang melawan pihak lain, yang tergambar didepan mata adalah kerugian dan juga kehancuran. Dengan alasan dan pembenaran apapun perang bukanlah jalan terbaik. Apalagi berperang atas nama amarah dan harga diri. Mungkin saat berperang dan meraih kemenangan kita akan mendapatkan kembali harga diri kita, akan tetapi berapa banyak harga diri yang terhancurkan didalam sebuah peperangan?
Namun saya tidak percaya perang dan mengalahkan musuh akan mengembalikan harga diri kita.
Karena terjadinya sebuah perang lebih dikarenakan nafsu, kemarahan, rasa gengsi.

Walaupun bisa mengalahkan ribuan musuh di medan, dia bukanlah seseorang pemenang sejati. Tetapi dia yang bisa menaklukkan dirinya sendiri barulah dapat disebut sebagai pemenang sejati.
Demikian yang disabdakan Sang Buddha.

Oleh sebab itu disaat banyak yang berseru untuk berperang melawan Malaysia, saya lebih untuk memilih berperang agar tidak terjadi peperangan di dalam hati saya untuk ikut berperang.
Saya lebih memilih berperang untuk melawan segala nafsu-nafsu keinginan untuk berperang dengan orang lain.

Saya memang menjadi seorang pengecut bila harus mengangkat senjata untuk berperang. Tak mengapa juga bila dikatakan tidak solider dan tidak nasionalis karena tidak mendukung untuk berperang.

Daripada sibuk memikirkan untuk berperang dan berteriak-teriak tentang perang dengan pihak lain yang dianggap musuh, lebih baik saya mempersiapkan diri untuk berperang menghadapi musuh-musuh yang setiap hari menggerogoti hidup saya.

Musuh-musuh yang membuat saya menjadi kehilangan harga diri sebagai manusia dan makhluk Tuhan.
Amarah, keserakahan, iri, tidak menjaga tatakrama, bicara kasar, berbohong, rasa benci, tak tahu malu, kemaksiatan, pikiran sesat, dan mau menang sendiri.
Bagi saya semua itu adalah musuh yang lebih berbahaya dan selama ini telah menghina dan mempermalukan saya.

Seharusnya semua musuh itu yang wajib untuk saya perangi dengan gagah berani dan jiwa satria, agar tidak macam-macam untuk menghiasi perilaku dan sikap hidup saya lagi.

Semoga tiada berhenti bagi saya untuk terus berperang melawan segala musuh yang setia menyertai dengan keimanan dan tekad.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun