Manusia yang berperilaku tidak layaknya manusia, karena tidak memiliki perasaan dan rasa malu. Masih layakkah disebut manusia? Korupsi yang merajalela di negeri tercinta kita ini memang bukan berita baru lagi. Sudah basi dan tidak jarang menjadi berita basa-basi.
Para koruptor sudah tidak sangsi lagi untuk melakukan aktivitasnya. Para penegak hukum seakan tak berdaya menjerat mereka. Selain kesulitan bukti, mereka dengan mudah menyewa pengacara handal untuk memutar balikkan fakta.
Walau sudah menjadi sajian basi. Tetapi tatkala membaca tulisan kompasianer yang juga wartawan Lampung Post Mas Adian Saputra, "Peluang Korupsi Pasca-Gempa Aceh", di Kompasiana Kamis (12/4). Membuat darah saya mendidih.
Di mana beliau mengkritisi tentang maraknya korupsi yang terjadi terhadap dana bantuan bencana. Terutama yang terjadi pasca tsunami Aceh Desember 2004.
Seperti kita tahu. Pasca gempa yang menimbulkan tsunami dan memakan banyak korban. Selain mengalami kerusakan yang hebat pada berbagai sarana umum atau infrastuktur dan tentu saja rumah penduduk.
Banyak bantuan berdatangan. Tak hanya dana bantuan. Tapi juga berbagai tenaga relawan dan peralatan. Untuk dana bantuan terindikasi terjadi penyelewengan. Terbukti banyak sarana dibangun dengan kondisi tidak layak huni atau pakai.
Sebenarnya soal dana bantuan bencana yang dikorupsi oleh oknum-oknum yang terlihat bukan rahasia lagi. Tidak hanya terjadi di Aceh. Tapi pada hampir setiap terjadi bencana. Benar-benar memalukan.
Sulit dibayangkan, bila yang namanya manusia yang memiliki perasaan. Tega-teganya dana yang digunakan untuk meringankan kesusahan dan penderitaan sesamanya diambil ke kantong pribadinya.
Lalu digunakan untuk mengumpani istri dan anak-anaknya. Kemudian masih bisa duduk-duduk tenang tanpa merasa bersalah.
Terus terang, walaupun saya bukan manusia baik-baik. Tapi rasanya tidak akan sampai hati mengkorupsi dana yang seharusnya untuk membantu penduduk yang terkena bencana.
Karena bukan orang baik-baik _tapi masih manusia ha ha ha ..._, makanya saya berani bilang. Bahwa yang tega mengambil dana bantuan untuk bencana itu, PASTI bukan manusia.