[caption id="attachment_233837" align="alignnone" width="471" caption="ilustrasi:health.liputan6.com"][/caption] Apa yang ada di kepala kita bila kebetulan menemukan pemandangan seorang wanita berjilbab duduk manis sambil merokok di tempat umum? Tentu hanya diri kita yang tahu dan tergantung siapa diri kita. Biasanya bila ada menemukan orang yang berperilaku kurang pantas, umumnya kita akan langsung berpikir negatif. Bahkan bisa langsung memvonis layaknya hakim di pengadilan. Padahal kita tidak berpredikat hakim. Saat saya menemukan momen ini, tak tahan beberapa kali diam-diam saya tergoda untuk melirik. Yang dilirik juga menyadari dan tersenyum tipis. Lalu pikiran saya menari-nari dan merasa aneh. Baru pertama kali saya melihat wanita berjilbab merokok. Kalau wanita biasa merokok sudah acap kali lihat. Sebab tetangga saya adalah wanita perokok. Di masyarakat kita seorang wanita merokok itu memang dianggap kurang pantas secara etika. Bila wanita itu merokok ada kesan bukan wanita baik-baik. Persepsi kita wanita yang merokok itu adalah wanita malam. Timbul pertanyaan. Kenapa kalau wanita merokok kita berpandangan negatif, sementara pria tidak? Malahan bila pria merokok kita anggap jantan? Jantan identik dengan karakter baik. Jangan-jangan dulunya akal-akalan para pria saja sebagai salah satu cara 'menjajah' wanita? Mengapa wanita yang merokok tidak disebut betina yang berkonotasi baik? He he he.... Kembali ke wanita paruh baya yang asyik merokok. Saya berpikir, mungkin ia sudah terbiasa merokok dan sulit dihentikan. Mungkin ia juga sedang berusaha untuk mengurangi. Merokok hanya sehabis makan saja. Untuk membuang sebuah kebiasaan buruk itu tidak semudah mematahkan sebatang lidih. Mungkin susahnya sama seperti hendak mematahkan segepok lidih. Sementara ia sudah mau berjilbab itu sudah sebuah pilihan untuk tampil sebagai layaknya seorang muslimah. Bukankah baik? Walau bagaimana pun merokok itu bukan aktivitas yang baik secara jasmani dan rohani. Untuk itu secara sadar saya memilih tidak merokok. Namun saya tidak ingin beranggapan bahwa saya lebih baik dari seorang perokok. Sebab bisa saja seorang perokok perilaku dan moralnya lebih baik daripada saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI