Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tidak Ada Pilihan Terbaik, yang Terbaik adalah Jalani Hidup Sebaik-baiknya

31 Maret 2013   17:03 Diperbarui: 4 April 2017   18:19 2942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak ada pilihan yang terbaik dalam hidup ini, yang ada adalah jalani hidup ini sebaik-baiknya dengan menjadi baik. Baik kepada sesama manusia maupun di hadapan Tuhan.

Kita sudah hampir bosan mendengar atau membaca bahwa hidup itu adalah pilihan. Masalah pilihan atau bukan hanyalah permainan bahasa belaka.

Mau jadi itu ya pilihan. Tidak mau jadi ini ya juga pilihan. Ada yang bilang ia tidak ingin memilih, mau mengalir saja hidupnya. Ya bukankah itu termasuk pilihan juga? Tidak memilih pun adalah pilihan. Pintar-pintar kita saja mempermainkan bahasa.

Baiklah. Bila hidup memang adalah pilihan. Adakah yang benar-benar pilihan terbaik? Terbaik menurut versi apa? Menurut duniawi, akan dianggap terbaik bila bisa sukses secara materi. Dunia sudah dalam genggaman.

Secara spiritual akan dianggap sukses apabila hatinya telah menjadi kaya. Hidup damai, tenteram bahagia. Seakan surga sudah di depan mata.

Ketika harus memilih yang terbaik. Manakah yang terbaik antara jadi pebisnis atau spiritualis?

Secara logika mungkin kita berpikir, menjadi pebisnis akan gampang terjerumus ke jalan dosa. Sebab itu yang terbaik jadi spiritualis saja.

Padahal kebenarannya tidak demikian. Tidak sedikit orang-orang yang memilih jalan kerohanian sebagai arah hidupnya terjerumus dalam dosa.

Sebaliknya banyak juga pebisnis yang hidup sangat rohani sekali. Memanfaatkan kekayaannya untuk menolong dan membantu kesulitan orang lain. Menjadi penyandang dana bagi orang-orang yang sepenuhnya berkecimpung dalam jalan kerohanian.

Jadi sebenarnya, apapun pilihan jalan hidup kita yang terbaik adalah menjadi orang baik bagi sesama dan melakukan hal yang baik yang berkenan bagi Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun