Hidup di dunia itu ibarat sedang mengembara. Mencari jalan untuk pulang ke Kampung Halaman. Berkelana ke mana-mana. Pada akhirnya untuk menemukan jiwa sejati.
Dikisahkan, manusia adalah makhluk surga yang diturunkan ke dunia. Untuk mengurus bumi ciptaan Yang Maha Pencipta.
Dunia bagaikan candradimuka untuk menguji kesetiaan anak manusia. Untuk membuktikan mana yang sejati dan palsu.
Dimana suatu hari diharapkan semuanya dapat kembali.
Tetapi dalam perjalanannya hanya sedikit yang bisa lulus dan kembali. Lebih banyak manusia yang TERSESAT di bumi. Akhirnya tidak bisa kembali ke tempat asal. Merana sepanjang waktu.
Anggap saja kisah ini hanya mitos. Tetapi siapa yang dapat memungkiri kenyataan. Bahwa banyak manusia yang TERSESAT dalam kehidupan saat ini.
Pikiran dan pandangan yang melenceng dari kebenaran. Akibatnya berperilaku tidak lurus lagi. Tidak sesuai moralitas dan etika. Bertolak belakang dengan nurani.
Manusia kehilangan arah. Tidak dapat menerima sinyal dari surga. Kalau pun masih ada sinyal. Sudah timbul tenggelam tak karuan. Akibatnya TERSESAT di lautan duniawi. Lupa jalan untuk kembali ke surga.
Seiring perjalanan waktu. Kepintaran semakin tumbuh. Kebenaran semakin diplintir. Dijadikan bahan tertawaan. Dianggap ketinggalan jaman. Inilah pandangan manusia yang sedang TERSESAT. Namun masih hidup dalam kebanggaan sebagai yang paling benar.
Di sisi lain. Kesalahan semakin diumbar. Dijadikan pegangan hidup. Hidup semakin bergumul dalam kesalahan. Tetapi dianggap tidak apa-apa. Kesalahan itu wajar.
Akibat pikiran dan pandangan yang tidak benar. Hidup manusia semakin TERSESAT. Hal yang tidak berkenan bagi Tuhan dengan cuek dilakukan. Yang terlarang justru ditentang. Seenaknya dilakukan dengan berbagai dalil pembenaran.
Pengetahuan yang seharusnya membawa terang bagi dunia dan dapat meluruskan hati manusia. Malahan membuat manusia semakin tenggelam dalam ke-TERSESAT-an.