Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Status

10 Juli 2014   16:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:46 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Godaan untuk menulis status di media sosial pada zaman sekarang memang bisa dilakukan siapa saja. Dari orang biasa sampai pejabat negara. Dari status yang remeh - remeh, pamer prestasi, menyindir, sampai memprovokasi. Ada gairah dan keasyikan tersendiri. Apalagi mendapat respon yang heboh. Terjadi saling saut komentar. Riuh. Tertawa. Ada kepuasan tersendiri.

Saat menjelang pemilihan presiden dan pada hari berlangsungnya, status - status berkenaan dengan hal ini yang berisi saling klaim, saling menjelekkan, dan saling provokasi meramaikan dunia maya semakin memanas. Tak kehabisan bahan untuk saling menjelekkan walau maknanya itu - itu juga.

Ketika membaca berita tentang Pak Prabowo yang memarahi awak media dari Metro TV dan Tempo yang meliput di kediamannya di Bojeng Koneng, Bogor pada 9 Juli 2014 yang dianggap sering memberitakan hal jelek tentang dirinya dengan perkataan, "Tolong tanyakan sama atasanmu, Surya Paloh, apa yang telah saya lakukan padanya?"

Berita itu benar - benar membuat saya bernafsu untuk menulis status di Facebook untuk menyindir atau sejenisnya. Karena Pak Jokowi saja yang 'dibantai' lima stasiun televisi _khususnya TVOne_ yang pemiliknya mendukung Pak Prabowo adem - adem saja.

Memuaskan Keegoan

Berita itu sangat memacu adrenalin dan mengerakkan jari - jari untuk segera duduk di depan komputer dan menulis status berkenaan dengan hal ini. Pasti lumayan mengundang teman - teman pendukung Pak Jokowi yang lain untuk ikut menyindir.

Namun nafsu keinginan itu tertahan. Buat apa menulis status yang memancing? Hadir sebuah pertanyaan dan disusul 'suara' berikutnya. Semua itu hanya akan semakin memuaskan dan memanjakan ego saja dan tidak akan membuat menjadi lebih baik!

Adem sebentar. Tak lama dorongan untuk menulis status muncul lagi. Rasanya kalau tidak dituliskan ada perasaan tidak nyaman. Benar - benar menggoda. Ini berita bagus untuk menyindir orang yang tidak didukung dang melebihkan sosok yang didukung. Kapan lagi?

Lagi - lagi muncul pertanyaan "Buat apa?" Dalam keadaan ini jangan ikut - ikutan membuat suasana panas. Kendalikan nafsu keegoan untuk kesenangan semu. Dunia sudah cukup dipenuhi para pemuas nafsu dan  keegoan yang selalu mengatasnamakan kebenaran versinya sendiri. Tapi....sepertinya selalu ada pembenaran untuk mencari jalan memuaskan nafsu keegoan ini.

Diperbudak Oleh Keegoan

Siapa pun kita, orang biasa atau luar biasa. rakyat jelata atau pejabat negara, yang gila hormat atau terhormat, kaya atau miskin. Sadar atau tidak sadar walau pun hidup di negeri yang sudah merdeka dari penjajahan keegoan telah memperbudak diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun