Tidak salah kalau sekadar menulis itu memang mudah. Ada teori menulis yang mengajarkan: menulis saja tidak usah takut salah. Tulis apa yang ada diisi kepala. Tuangkan semuanya. Tidak usah diedit. Biarkan apa adanya.
Saya pikir kebenarannya itu adalah untuk memotivasi orang-orang yang ingin belajar menulis. Tujuannya melahirkan sebuah persepsi bahwa menulis itu memang mudah sekali. Tulis saja apa yang bisa ditulis.
Semua pemula dalam hal apapun umumnya memang takut melakukan kesalahan. Rasa takut itulah yang menjadi beban yang akhirnya justru membuat kita semakin terjebak dalam kesalahan.
Tidak takut salah dalam menulis tentu akan membuat kita lebih cepat bisa dan berani mengungkapkan isi kepala dan hati.
Tetapi persepsi kita perlu diluruskan bahwa bebas menulis apa saja dan jangan takut salah itu bukan berarti bebas saja menulis hal-hal yang salah.
Kembali kepada tujuan kita menulis. Apa tujuannya? Secara umum pasti adalah untuk menulis hal yang bermanfaat baik bagi orang lain. Bukan menyebarkan isu dan kebencian atau mengadu domba.
Menulis hal yang memotivasi dan menginspirasi, agar pembaca dapat merasakan sesuatu yang positif. Bukan sebaliknya membuat orang lain melakukan hal yang negatif.
Awalnya kita diajarkan jangan takut salam dalam menulis. Tetapi semakin menulis harusnya membuat kita semakin takut melakukan kesalahan dengan apa yang ditulis. Salah tulis di sini tentu bukan salah ejaan atau salah meletakkan tanda baca.
Menulis itu tanggung jawabnya yang berat. Bayangkan andaikan gara-gara membaca tulisan kita orang itu melakukan kejahatan atau timbul kebencian?
Karena membaca tulisan kita, terbentuk pikiran negatif atau persepsi yang salah. Apakah kita bisa mengatakan itu bukan salah kita?
Apalagi pada jaman sekarang dimana kita dengan gampang menulis di media sosial. Apa yang kita tulis dengan mudah dan cepat tersebar. Bisa dibaca oleh siapa saja. Sejatinya hal ini membuat kita lebih berhati-hati dalam menulis, agar tidak menyesali di kemudian hari.