Akibat nila sebelanga, rusaklah setetes susu itu.
Ya, karena banyaknya oknum polisi yang berperilaku buruk selama ini. Polisi yang masih baik dan berintegritas kena getahnya juga. Jujur harus kita akui, kepolisian kita citranya sudah terlalu buruk dan terpuruk. Sampai-sampau ada yang mengutuk.
Tidak heran ada guyonan "Cuma ada tiga polisi yang jujur: Polisi Hoegeng, Polisi Tidur, dan Patung Polisi". Parah!
Ini sama saja hendak mengatakan bahwa di republik ini sudah tidak ada lagi polisi yang baik. Pak Hoegrng sudah tiada. Polisi tidur dan patung polisi hanyalah benda mati.
Padahal pada kenyataannya tidak sedikit polisi yang masih baik dengan menjaga integritas dan benar-benar mengabdi pada negara.
Tetapi sayang, polisi-polisi yang baik ini, ibarat susu di dalam belangga berisi nila. Akibatnya ada yang terkontaminasi. Tetapi ada juga yang masih tetap menjadi susu.
Salah satunya sebut saja Pak Yono. Saya mengenalnya ketika bekerja di Legok, Tangerang-Banten sekutar tahun 1995 sampai 1998.
Pak Yono adalah contoh polisi jujur dan bersahaja yang masih tersisa. Dimana beliau mengaku, selama menjadi polisi hanya sekali-kalinya ikut menilang dan kebagian lima ribu rupiah.
Setelah itu beliau kapok. Karena nuraninya berontak. Tidak heran akibatnya Pak Yono selalu dipindah tempat tugasnya dan sulit naik pangkat.
Saya pernah ke rumah beliau yang hanya berupa gubuk reot. Tidak ada barang berharga. Ke mana-mana hanya bermodal sepeda ontel.
Yang saya salut, Pak Yono adalah sosok yang humoris dan selalu tampak bahagia. Tidak ada beban, setiap hari selalu riang dalam melakukan tugasnya.