[Mengapa orang pintar cenderung suka menyalahkan dan menganggap orang lain bodoh? Karena ia selalu menggunakan standar kepintarannya yang dianggap lebih dari orang lain.
Ia merasa pendapatnya selalu benar, kalau ada yang berbeda pendapat itu artinya pendapat itu salah. Tak heran kemudian ia akan menertawakan bahkan menyerang orang yang berdebat dengannya.
Apa yang menurutnya baik. Itulah yang paling baik. Ia lupa dengan kata-kata bijak ini: Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik juga buat orang lain.
Itulah sebabnya, orang semakin pintar yang tidak mau belajar tentang kerendahan hati akan semakin sulit menjadi bijak.
Sebab ia sulit menundukkan diri untuk belajar dari orang lain dan kesalahannya. Yang ada justru suka memaksakan kehendak dan sulit mengakui kesalahan.
Orang pintar membuat dunia ini berkembang pesat dan maju. Tetapi tidak sedikit yang membuatnya menjadi tidak aman dan tidak nyaman untuk ditinggali.
Karena orang pintar tumbuh menjadi semakin egosi dan akhirnya berubah menjadi licik. Ia akan selalu membela kepentingan dan memikirkan keuntungan dirinya. Tanpa peduli pada kepentingan dan kerugian yang harus dialami orang lain.
Menjadi pintar bukanlah dosa, malahan harus berusaha. Tetapi menjadi pintar tanpa menumbuhkembangkan kearifan dan memberdayakan akal sehat dapat membahayakan jiwa. Akan membuat ia kehilangan empati. Maunya menang sendiri, arogan, dan suka meremehkan.
Sahabatku. Begitulah dunia menyesatkan manusia dengan mengajari tentang kepintaran. Akhirnya menjadikan manusia semakin hari semakin menggabaikan kebenaran. Menyepelekan ajaran luhur tentang moral etika.
Yang menyedihkan justru dijadikan bahan olok-olok dan tertawaan. Karena dianggap ketinggalan jaman.
Sahabatku. Namun begitu tidak perlu takut untuk menjadi pintar. Tapi juga tidak perlu malu membina diri untuk menjadi bijak dan taat pada moral etika.]