Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjuangan Mpok Darmi Dengan 4 Anaknya (Inspirasi Untuk Wanita 9)

20 Januari 2011   05:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehilangan suami bukanlah berakhirnya kehidupan, tetapi adalah justru awal untuk memulai kehidupan bagi seorang wanita menjadi kuat!


*
Mpok Darmi, begitu aku mengenalnya dan orang-orang selalu memanggilnya. Saya juga heran, kenapa orang-orang memanggilnya mpok?! Padahal ia bukan orang Betawi. Apakah wajahnya memang mirip orang Betawi? Aku sendiri tidak bisa memastikan!
Mungkin hanya kebetulan sudah lama tinggal dipinggiran Jakarta, sehingga lebih enak dipanggil mpok.

"Tidak apa atuh dipanggil Mpok Darmi juga!" Begitu alasannya.

Begitu juga dengan usahanya yang membuka warteg. Asumsinya pasti Mpok Darmi adalah orang Tegal. Padahal kenyataannya Mpok Darmi juga bukan asli Tegal. Mpok Darmi aslinya orang Sunda. Hanya memamg almarhum suaminya adalah orang Tegal.

"Orang Sunda buka warteg kan tidak dilarang!" Mpok Darmi sedikit bercanda memberikan jawaban ketika kutanyakan, mengapa ia membuka usaha warteg.

Mpok Darmi seperti kebanyakan wanita menjelang senja, umur 45 tahunan dengan tubuh yang gemuk. Karena kesibukan hingga lupa merawat diri. Kecantikan masa muda nyaris tak tampak lagi. Mpok Darmi juga tak peduli untuk mencari pendamping dan lebih memilih hidup sendiri.

Puluhan tahun Mpok Darmi bergelut menggelolah usaha wartegnya dengan dibantu anak-anak dan beberapa pegawai. Karena warteg Mpok Darmi berdiri disamping sebuah pabrik yang karyawannya lumayan banyak. Tak heran wartegnya tak pernah sepi. Selain harganya memang memasyarakat, pas dikantong.

Tidak terlihat lelah, walaupun setiap hari dari jam empat subuh sampai malam jam sepuluh beraktifitas di wartegnya.
Dengan tubuh yang gemuk, tapi Mpok Darmi lincah bergerak kesana-kemari untuk mengatur.

Mpok Darmi dalam pandanganku adalah wanita luar biasa. Ulet dan tanpa lelah dengan semangat tinggi untuk hidup demi anak-anaknya.
Karena saat anak-anaknya yang berjumlah 4 orang masih kecil, telah ditinggal suaminya yang dipanggil Yang Maha Kuasa.

"Sejak awal mpok sudah janji pada almarhum bapak dan diri sendiri, mpok harus membesarkan anak-anak dan percaya saja sama Gusti Allah!" Kata Mpok Darmi pada suatu hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun