Kita tidak akan dapat belajar apa-apa dalam diskusi atau perdebatan, Bila kita masing-masing memenuhi diri dengan pandangan-pandangan sendiri.
Karena yang terjadi adalah kita akan lebih sibuk mendesakkan pandangan kita pada lawan bicara. Begitu sebaliknya, sehingga kita menjadi tuli dan buta terhadap kata-kata bijak dari orang lain.
Jadi apa yang kita dapatkan dari perdebatan atau bahasa halusnya diskusi?
Perdebatan dalam bentuk apapun. Dari politik sampai agama yang terjadi di warung kopi atau di sosial media sampai di televisi.
Lebih banyak omong kosongnya daripada manfaatnya. Lebih-lebih untuk membesarkan keegoan dan urat leher saja atau bikin komputer panas.
Mengapa? Karena umumnya ketika kita berdebat kita selalu ingin memaksakan orang lain yang harus mendengarkan. Sementara kita sendiri tidak mau mendengarkan.
Istilahnya maunya membuka mulut lebar-lebar. Tetapi mengunci rapat-rapat telinga. Entahlah apa istilahnya untuk perdebatan melaui tulisan.
Karena setiap orang akan menganggap pandangannya yang paling benar.
Lihatlah, ketika terjadi diskusi atau perdebatan di mana saja. Setiap orang berebutan ingin bicara atau memotong pembicaraan.
Akhirnya, ya tidak ada yang mau mendengarkan. Kata-kata yang baik dan bermanfaat pun berterbangan. Buang-buang waktu dan energi. Kita tidak akan dapat apa-apa dari diskusi model ini.
Ya itu. Karena kita kebih ingin mendesakkan pandangan kita. Sebaliknya akan mati-matian menolak pandangan lawan diskusi.