[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Pernahkah mendengar ada orang berkata seperti ini,"Memang sudah sifat saya begini, kamu mau apa?!?" Ketika orang tersebut diingatkan atas perilakunya yang salah. Kalau pernah, bisa jadi itu saya yang mengatakannya.
Bisa jadi kita berusaha melakukan pembelaan diri atas kesalahan kita untuk menjaga harga diri kita. Tapi yang terjadi malah bisa menjatuhkan. Sebab pembelaan yang kita lakukan itu menunjukkan rasa frustasi atas ketidak-mampuan kita untuk mengendalikan diri dan emosi.
Pembelaan Semakin Menunjukkan Sisi Buruk
Ketika kita suka membela diri atas kesalahan yang kita lakukan, tanpa kita sadari pada akhirnya justru semakin menunjukkan sisi buruk kita. Walau tujuan kita melakukan pembelaan adalah untuk membenarkan diri kita. Tapi kebenaran tidak dapat ditutupi hanya oleh pembelaan kita.
Ketika kita melakukan perbuatan korupsi lalu menyalahkan bahwa gaji kita tidak memadai, sehingga beranggapan korupsi tidak apa-apa. Tuhan juga mengerti. Banyak orang juga melakukan hal yang sama. Apa salahnya?
Kita marah sama anak kita yang nakal dan beranggapan memang pantas dimarahi. Tidak bisa dinasehati. Padahal kenakalan seorang anak bisa jadi karena ketidak-bisaan kita mendidik.
Sudah salah masih merasa benar. Bukankah ini menunjukkan diri kita dengan sejelasnya tidak mengerti hakekat kebenaran dan kapasitas diri kita. Masih merasa pintar dengan segala macam alibi untuk membenarkan diri.
Pembelaan yang Membuat Semakin Jatuh dalam Kesalahan
Apakah pembelaan diri yang kita lakukan atas kesalahan perilaku terjadi akan membebaskan kita dari kesalahan? Yang jelas, justru akan membuat kita semakin jatuh dalam kesalahan.
Seperti contoh di atas, ketika kita diingatkan atas kesalahan demi kesalahan berkenaan dengan perilaku kita. Alih-alih mau menyadarinya dan mengakui kesalahan itu, Â kita malah hendak mengukuhkan diri dengan mempertontonkan kesombongan dan kearogan. Sudah itu masih bisa membanggakan diri dalam kesalahan.