Apakah tulisan yang panjang lebih baik dan berkualitas daripada yang pendek? Pemikiran inilah sempat menghantui saya dulu. Sempat tidak percaya diri, karena saya hanya mampu menulis yang pendek-pendek saja selama ini.
Kemudian saya meyakinkan diri, tulisan yang pendek-pendek pun pasti punya kelebihannya. Tak kalah dengan tulisan panjang dan apik.Â
Tulisan yang pendek pun punya peminatnya sendiri. Diri saya sendiri adalah contoh nyata yang lebih suka membaca tulisan-tulisan yang pendek.
Apalagi bila tulisan tersebut khusus dipublikasikan di media sosial. Dalam hal ini menurut saya malahan punya kelebihan. Karena tidak membutuhkan waktu lama untuk membacanya, sehingga lebih menarik minat.
Karena mepetnya waktu, bisa saja tulisan kita yang panjang, cuma dibaca sekilas sehingga makna yang ingin disampaikan tidak terbaca.
Tulisan yang pendek itu saya ibarat makanan ringan yang sekali telan sudah habis. Tidak butuh kerja keras dan banyak energi untuk mencernanya.
Kalau kita mampu mengolah sebuah tulisan walau pendek, tetapi bergizi tinggi, tentu ada bagusnya. Bukankah lebih mudah dicerna dan menyehatkan pula?Â
Jadi, ini hanyalah tulisan ringan dan syukur-syukur ada gizinya bagi teman-teman yang tidak percaya diri dengan hasil tulisannya yang tidak bisa panjang.
Tak perlu patah semangat. Setiap penulis punya nafas menulis tersendiri. Ini namanya penulis 'nafas pendek'. Biar pendek tapi bermanfaat.
Menurut saya kedepannya tulisan pendek-pendek justru akan lebih menarik minat pembaca. Seiring dengan kemajuan zaman dan keterbatasan waktu, orang akan mencari tulisan yang tidak memerlukan waktu lama membacanya.
Percaya diri saja dan tak usah memaksakan diri menulis dengan panjang lebar bila justru membingungan dan kosong makna. Yang terpenting bagaiamana mengolah tulisan pendek tersebut enak dibaca dan kaya makna. Pendek itu seksi lagi.