Menjawab judul di atas, tentu akan terdengar sebuah koor yang berbunyi: "Tidaaaaaaaaak! Setujuuuuuuuuu?
Karena jangankan memukul anak di depan umum. Melakukannya di dalam rumah pun pasti banyak di antara kita yang tidak setuju.
Teorinya memang begitu. Sebagai orang tua adalah tidak layak memukuli anak atas kesalahannya.
Tetapi kenyataannya tidak demikian. Tetap saja ada orang tua yang tergoda untuk melayangkan tangannya.
Alasannya untuk mendidik dan mengajari anak, agar tidak nakal kelak. Benarkah kemudian anak menjadi tidak nakal?
Yang ada anak justru semakin nakal untuk menunjukkan perlawanan. Artinya semakin dipukuli, makan anak menjadi semakin nakal.
Kalau pun tidak menjadi semakin nakal. Anak akan hidup dalam ketakutan dan trauma. Anak akan melakukan tindakan yang sama.
Liburan ini saat berjalan-jalan ke Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu. Saya menemukan kejadian, dimana seorang ibu begitu ringan tangan memukul anaknya di tempat keramaian.
Kejadiannya di pantai yang sedang ramai. Entah apa sebabnya si anak dipukuli wajahnya beberapa kali sampai menangis.
Seorang ibu yang melihat sampai setengah berteriak mengingatkan, "Jangan pukul, Bu! Kasihan!
Si anak memang tidak bisa atau berani melawan. Ia hanya bisa menangis. Bisa saja ia menyimpan sakit hati dan dendam. Mungkin tidak dilampiaskan pada ibunya. Tapi bisa saja dilakukan pada orang lain.