Mungkin masyarakat geli atau senyum-senyum sendiri. Bila ada petinggi di negeri ini yang bicara. Bahwa hukum akan berlaku adil untuk semua rakyat. Tidak ada istilah tebang pilih.
Ketika petinggi Polri buka suara untuk menangkis isu. Tentang perlakuan istimewa terhadap anak atau keluarga aparat yang melakukan pelanggaran hukum. Dengan tegas dikatakan bahwa itu tidak benar. Semakin membuat kita tertawa.
Kenapa? Karena masyarakat sudah begitu nyata dapat melihat. Memang ada perlakuan istimewa tersebut selama ini.
Selain memang ada sesama aparat yang ingin diperlakukan istimewa.
Beberapa hari yang lalu. Saat pagi meluncur berangkat kerja. Saya melihat dengan jelas. Seorang aparat yang berpakaian dinas. Duduk manis di atas sepeda motor. Tanpa menggunakan helm.
Saat melintas di hadapan beberapa polisi yang mengatur lalulintas. Tidak ada seorangpun yang berani menghentikan.
Mungkin sudah ada istilah "sesama aparat jangan saling mengganggu".
Ini baru terjadi di jalanan. Di mana masyarakat dapat melihat sikap penegak hukum kita. Bagaimana kalau yang terjadi di dalam gedung-gedung?
Itu hanya dilakukan aparat biasa, polisi sudah segan. Bagaimana kalau yang sudah berpangkat?
Jadi, adalah omong kosong kalau tidak ada perlakuan yang istimewa dalam penegakkan hukum.
Coba kalau yang melintas itu masyarakat biasa. Tidak menggunakan helm saat berkendaraan. Sudah jadi makanan untuk ditilang.
Di negeri ini. Para penegak hukum ada rasa sungkan, sehingga hukum sulit ditegakkan. Ditambah lagi, ada sebagian masyarakat yang ingin diperlakukan istimewa.
Tidak ada lagi keteladanan dalam hal ini. Hukum begitu mudah diatur. Bisa dibeli dengan uang, jabatan, dan kekuasaan.
Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan omong-omong besar para pembesar di atas mimbar. Sebab hanya janji-janji yang diumbar. Yang ada kata-kata yang terasa hambar.
Jadi jangan salahkan bila rakyat sudah tidak percaya dengan omongan pemimpinnya soal hukum. Karena pada kenyataannya tebang pilih masih saja terjadi.