Apa rasanya antara perawan dan yang tidak? Saya kira adalah omong kosong kalau semua lelaki dewasa mengetahuinya. Karena ketika nafsu membara, sudah tidak peduli lagi untuk membedakan apa perawan atau tidak.
Tak dipungkiri ada lelaki yang merasa begitu suci yang menilai kebaikan seorang wanita dari keperawanannya. Ia berdalih, bagaimana bisa menjaga rumah tangga kelak, bila menjaga keperawannya tak bisa?
Ya, memang bukan omong kosong akan pentingnya keperawanan seorang wanita. Karena itu adalah miliknya yang berharga, sehingga penting untuk dijaga. Bahkan denga taruhan nyawa.
Tetapi ada lelaki yang dengan semena-mena dan sok tahu menilai keperawanan seorang wanita hanya dengan tanda keluarnya darah dari 'kewanitaan' pada malam pertama.
Bila tidak menemukan yang namanya 'darah perawan', maka akan dicap sudah tidak suci lagi. Menuduh keperawanan istrinya telah direnggut lelaki lain sebelumnya. Bisa saja itu tuduhan palsu.
Sebab soal perawan atau tidak, menilainya tidak sesederhana itu. Seorang wanita bisa saja kehilangan keperawanannya akibat terjatuh atau berolahraga. Akibat selaput darahnya yang tipis.
Bisa juga pada malam pertama tidak mengeluarkan darah, karena selaput darahnya yang tebal, sehingga tidak bisa langsung mengeluarkan darah.
Adalah naif menilai akhlak seorang wanita dari keperawanannya. Bisa saja masa lalunya memang kelam. Tetapi kini sudah berubah.
Adalah angkuh menuntut calon istrinya harus perawan, sedang dirinya tidak perjaka lagi. Omong kosong namanya.
Pada jaman sekarang bicara keperawanan lebih kepada omong kosong. Sebab sudah bukan rahasia, tidak sedikit wanita ketika menikah sudah tidak perawan lagi.
Akibat pergaulan bebas dan nafsu yang tak terbendung, masih sekolah saja keperawanan sudah melayang.