Orang yang berpikiran positif dan berjiwa besar, pasti bisa menemukan sebuah kekuatan dibalik olok-olok yang datang padanya.
#
Tentu olok-olok berbeda dengan kritikan. Karena olok-olok memang tujuannya untuk meremehkan atau menghina. Selain itu olok-olok juga bertujuan untuk mempermalukan.
Olok-olok memang menyakitkan bila kita tidak kuat mental menghadapinya. Bahkan olok-olok dapat membuat kita kehilangan muka, gairah, dan dendam.
Khususnya dalam dunia menulis. Apakah kita pernah diolok-olok? Saat pertama kali menulis dengan penuh semangat dan segala kemampuan yang ada. Dalam angan sudah terbayang pujian akan datang.
Namun apa yang terjadi? Ternyata hanya olok-olok yang ada. "Tulisan apaan ini? Gak ada bagusnya. Cocoknya buang ke tong sampah tuh!"
"Bagus sih tulisannya. Kalau yang baca monyet!"
"Kayak tulisan anak TK aja!"
"Tulisan gak ada isinya!"
Apa reaksi kita bila menerima olok-olok seperti di atas? Langsung terprovokasi dan berhenti menuliskah? Bila itu terjadi, kita akan menjadi gagal sebelumnya.
Terhadap olok-olok seharusnya kita tertantang untuk membuktikan. Bukannya termakan. Bahwa kita tidak seperti yang dikatakan.
Olok-olok adakalanya memang menyakitkan. Tetapi lebih menyakitkan lagi. Bila olok-olok itu menyakiti hati kita dan berhenti menulis.