Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Motivasi

17 Juli 2014   14:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:05 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari itu betapa sedihnya si dede, telepon genggam yang baru dua hari dibeli dengan uang hasil tabungannya mengalami kerusakan akibat terkena air.

Ceritanya selama liburan si dede belum jalan – jalan, sehingga ketika ada saudara yang datang dari luar daerah, sekalian diajak ke Dunia Fantasi, Ancol. Sebenarnya yang namanya urusan jalan – jalan kaki ini agak segan juga, apalagi pas hari kerja dan terpaksa harus ambil cuti. Tapi demi anak, akhirnya harus lelah melakoninya. Walau sebenarnya sudah ada perasaan tidak enak.

Setelah naik beberapa permainan atau wahana, si dede ingin sekali naik arung jeram. Awalnya saya sudah kurang berminat, Saat itu cuma ingin melihat – lihat saja, namun akhirnya ikut naik ke perahu juga. Walau kemudian sungguh menyesal karena semua pakaian basah semua,

Ternyata tas di mana si dede menaruh telepon genggamnya kemasukkan air. Setelah diperiksa, saya kira cuma bagian permukaannya yang terkena air, tak tahunya bagian yang tertutup sarung juga penuh dengan air. Tak heran layarnya jadi kedap – kedip. Buru – buru saya matikan dan copot baterainya. Kebetulan cuaca sedang panas, sehingga bisa dilakukan pengeringan. Si dede begitu sedih dan menunggui di bawah terik matahari.

Nafsu untuk melanjutkan permainan atau ke wahana selanjutnya jadi berkurang. Saya sudah berusaha membesarkan hati si dede, kalau telepon genggamnya akan baik – baik saja. Tetap saja tidak mampu menghadirkan keceriaan si dede.

Saat itulah, maminya berusaha memotivasi, agar si dede jangan terlalu bersedih hanya karena kerusakan sebuah telepon genggam. Bagaimana menghadapi kehidupan yang lebih berat lagi nanti setelah dewasa? Bagaimana menghadapi kehilangan yang lebih besar nilainyabila hanya kerusakan sebuah telepon genggam saja bisa menghilangkan seluruh keceriaan dan semangat?

Dalam kesedihan yang dibutuhkan adalah penghiburan dan motivasi, Bukan kata – kata menyalahkan atau limpahan kekesalan.

Entah apa sebabnya terkadang kita suka menambah kesedihan seseorang dengan kata – kata yang menyesakkan dada. Minimal bilakita tak mampu memberikan penghiburan atau motivasi, cukuplah kita berdiam diri.

Dalam kesedihan kita bisa kehilangan kekuatan dan harapan. Air mata yang mengalir atau tertahan sungguh menghilangkan gairah. Tak perlu lagi kata – kata yang memojokkan, sehingga semakin memilukan hati.

Kesedihan butuh penghiburan dan motivasi untuk mengusirnya, sehingga kesedihan datang bagai bayangan saja. Kesedihan yang ditimpakan lagi oleh kata – kata menyakitkan hanya akan membuat kesedihan semakin pedih.

Kemalangan bukan untuk diratapi, tetapi mengambil pembelajaran untuk lebih menguatkan ketika ada kemalangan berikutnya.

Lucu memang ketika ditimpa kemalangan kita masih bisa tertawa. Ya mungkin saja menertawakan diri sendiri. Tetapi memang tidak jauh dari kesedihan. Apakah kesedihan harus menghadirkan ratapan sampai lupa makan dan tidur? Tentu tidak, bukan?

Kemalangan demi kemalangan yang datang sejatinya memberikan kekuatan untuk menghadapi kemalangan _yang mungkin lebih berat_ yang datang berikutnya. Kesedihan yang berlarut hanya akan membuat luka semakin dalam.

Semoga kesedihan akan menghadirkan senyum yang lebih indah setelah memahami makna dari sebuah kejadian yang menyedihkan itu.

Setelah awan gelap dan turun hujan, maka langit akan tampak lebih bersih dan berseri. Jadi ketika bisa melalui kesedihan dan memahaminya,maka hidup akan terasa lebih ringan dan menjadi pengalaman berharga di masa depan.

Tidak ada kejadian yang menyedihkan sekali pun untuk disesali dan mengakibatkan melukai diri sendiri. Kesedihan adalah bagian dari kehidupan yang indah ketika sudah berlalu.

Apakah si dede yang masih kecil bisa memahami sementara kita yang dewasa masih tertatih – tatih? Sejatinya justru pemahaman ini diajarkan sejak dini, sehingga siap menyambut masa depan anpa takut akan kesedihan.

katedrarajawen@pembelajarandarisebuahperistiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun