[caption id="attachment_228962" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Ia yang tidak merasa dirinya paling benar, sebenarnya ia telah menunjukkan sikap yang benar. Ia yang tidak merasa paling baik, menandakan bahwa ia benar-benar orang baik. Ia yang suka menyalahkan dirinya sendiri, itu membuktikan dirinya jauh dari kesalahan. Dan ia yang tidak suka melihat kesalahan orang lain, hal itu akan semakin menambah kebajikannya. Ia yang lebih memilih mengalah dalam perdebatan, membuktikan ia adalah pemenang atas keegoisan dirinya. Ia yang takut membalas tatkala disalahkan, walau tidak bersalah, sesungguhnya adalah pemberani dalam kesabaran. Ia yang dapat bertahan dalam penghinaan, tidak akan menjadikan dirinya orang yang hina. Tetapi akan membuatnya menjadi pribadi yang mulia. Ia yang memiliki kesempatan untuk berbuat salah. Tapi tidak melakukannya, ia layak disebut manusia berakhlak dan berbajikan. Ia yang hidup di antara orang-orang yang saling membenci. Tetapi tidak hidup dalam kebencian, berarti ia masih memiliki hati yang mengasihi. Sahabatku... Aku harap, 'Ia' itu dapat memanfestasi di dalam dirimu pada kehidupan ini. Engkau punya potensi. Demikian indah harapan Sang Guru pada diriku. Aku menuliskan kembali pesan Sang Guru ini, karena berpengharapan para sahabat pun dapat ikut menyelami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H