Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menulis: Untuk Meninggalkan Jejak Baik atau Buruk?

12 Desember 2012   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:46 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Satu kata bermakna yang menyadarkan, dapat mengubah kehidupan seseorang. Kata-kata bermakna yang diucapkan hanya dapat bertahan sesaat. Dengan menuliskannya dapat bertahan hingga berabad-abad.

Sebuah buku kecil yang ukurannya tak lebih besar dari kartu nama berjudul 'Kata-kata Kehidupan' telah bersama saya sekitar sepuluh tahun.

Buku tanpa nama pengarang ini adalah berisi kumpulan kata-kata mutiara dan ayat-ayat suci. Benar-benar berisi kata-kata kehidupan.

Terakhir karena sedang galau saya buka-buka lagi Rabu ini (12/12/2012). Saya temukan kata-kata indah yang ditulis Charles H. Spurgeon yang begitu menggugah kesadaran. Membuat saya tersentak sejenak dan merenungkannya.

Kata-kata itu adalah: "Burung-burung masih dapat bernyanyi walaupun di atas dahan yang kering. Hai orang yang percaya, apakah engkau tidak bisa berbuat hal yang sama?"

Setelah itu membuat saya terinspirasi menjadikan sebuah tulisan. Berbagi kembali untuk dapat menyelami kata-kata indah itu. Berharap dapat membangkitkan kesadaran para sahabat yang sedang bersedih dirundung masalah.

Hal ini membuktikan bahwa apa yang kita tulis akan terus dibaca pada masa-masa yang akan datang.

Tulisan adalah rekam jejak kehidupan yang akan menjadi warisan bagi dunia. Kata-katanya akan tetap hidup. Walau yang menulis sudah mati. Karena akan menjadi sebuah prasasti.

Bila demikian. Apakah kita masih akan main-main atau menyepelekan dengan apa yang kita tulis? Apalagi yang kita tulis disebarkan di dunia maya. Dimana siapa pun dapat membacanya dan akan terus dibaca untuk waktu yang lama.

Apakah kita masih berkata,"Suka-suka saya dong mau menulis apa saja. Emang gua pikirin kalau kamu gak suka?"

Coba sedikit kita gunakan akal sehat. Sadarkah kita, bahwa apa yang telah kita tulis dan publikasikan di dunia maya akan menjadi jejak kehidupan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun